Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Wednesday, April 24, 2024
redaksi@topcareer.id
Profesional

Usai Pandemi, Perusahaan Bisa Lebih Adil pada Pekerja Perempuan

Ilustrasi. (dok. Kolaborato)

Topcareer.id – Ketika perusahaan menerapkan kebijakan bekerja dari rumah ke hampir semua pegawainya, pekerja perempuan mungkin akan menerima banyak keuntungan. Ketika pandemi usai, tempat kerja bisa menjadi lebih adil bagi perempuan dalam hal fleksibilitas waktu kerja.

Menurut Ekonom Senior di Economic Policy Institute, Elise Gould dalam laman CNBC Make It, dengan banyak tempat kerja yang sekarang dipaksa untuk beroperasi dari jarak jauh, fleksibilitas jangka panjang bisa tetap bertahan, memungkinkan lebih banyak perempuan untuk tetap bekerja sambil menyeimbangkan rumah dan kehidupan kerja.

Perubahan dalam struktur tempat kerja ini dapat memiliki dampak besar pada perempuan, karena mereka lebih cenderung menyesuaikan karier mereka dari keluarga daripada laki-laki.

Faktanya, sekitar 31% perempuan yang mengambil cuti karier setelah memiliki anak mengatakan mereka tidak mau cuti, tetapi harus karena kurangnya fleksibilitas perusahaan. Persentase ini diperoleh dari survei tahun 2019 FlexJobs terhadap lebih dari 2.000 wanita dengan anak di bawah 18 tahun.

Cuti ini, menurut PayScale, dapat dengan mudah membebani perempuan hingga ratusan juta rupiah ketika kehilangan upah, pertumbuhan upah di masa depan dan pensiun yang hilang, dan kontribusi Jaminan Sosial ditambahkan.

Budaya kerja yang lebih fleksibel juga dapat menciptakan lebih banyak kesetaraan di rumah karena laki-laki dan perempuan dapat menghabiskan waktu berkualitas dengan keluarga mereka.

“Kalian akan melihat lebih banyak laki-laki mulai menginginkan (opsi fleksibel) ini (kerja di rumah) juga, dengan asumsi mereka menikmati waktu di rumah bersama anak-anak mereka,” kata Pelatih Karier, Julie Kratz.

Meskipun berbagai pilihan pekerjaan yang lebih luas tidak akan menyelesaikan semua masalah ekuitas ini, negara-negara lain menunjukkan mungkin untuk menciptakan budaya yang lebih seimbang bagi gender.

“Kalian dapat melihat ini di negara-negara Skandinavia, misalnya; mereka menawarkan fleksibilitas ini. Kamu melihat kesetaraan gender jauh lebih tinggi di negara-negara itu sebagai hasilnya,” kata Kratz.

Editor: Feby Ferdian

Leave a Reply