Topcareer.id – Thailand memulai tahun ini dengan larangan plastik sekali pakai, tetapi wabah Covid-19 dan lockdwon yang diterapkan telah menyebabkan peningkatan besar dalam limbah plastik negara. Delivery food muncul sebagai kontributor besar bagi masalah ini.
Asia Tenggara adalah salah satu sumber terbesar sampah plastik dari daratan ke lautan, dan Thailand termasuk di antara lima kontributor teratas. Pada Januari 2020, Thailand memberlakukan larangan penggunaan plastik sekali pakai, dan berupaya mengurangi limbah plastiknya hingga 30% tahun ini.
Menurut Lembaga Lingkungan Thailand (TEI), jumlah rata-rata limbah plastik naik dari 2.120 ton per hari pada 2019 menjadi sekitar 3.440 ton per hari antara Januari dan April 2020. Kenaikan pada bulan April saja hampir 62%.
Baca juga: Setengah Ton Limbah Plastik di Laut, Disulap Menjadi Masker Wajah
Kontribusi delivery food
Salah satu kontributor terbesar untuk masalah plastik adalah pengiriman makanan. Karena orang-orang telah dikurung di rumah, kecenderungan mereka untuk memesan pengiriman makanan telah meningkat, menghasilkan peningkatan penggunaan wadah plastik dan bahan pembungkus.
Grab, aplikasi pengiriman makanan Singapura, juga melihat lonjakan pesanan 400%. Aplikasi seperti lainnya seperti Line Man dan Foodpanda Thailand, juga telah mengalami kenaikan masing-masing 300% dan 50%.
Sampah dari satu pengiriman bisa mengandung beberapa barang plastik seperti wadah, paket bumbu, tempat minuman, sumpit, sendok, garpu dan sebagainya.
“Wadah plastik untuk makanan sering terkontaminasi, pemisahan dan pengumpulan limbah tidak sistematis, dan tidak ada peraturan tentang pemisahan dan penegakan limbah,” kata Wijarn Simachaya, Presiden TEI.
Baca juga: Berkebun dan Budidaya Ikan Bisa Jadi Solusi Pangan selama Pandemi
Penanganan limbah
Sementara negara-negara di seluruh Amerika Utara, Eropa dan Jepang juga menyumbangkan limbah plastik tingkat tinggi, mereka memiliki sistem pengelolaan limbah yang relatif efisien.
Pemerintah Thailand telah merilis “Peta Jalan Pengelolaan Sampah Plastik,” untuk menghapus penggunaan plastik pada tahun 2030. Salah satu inisiatif dari rencana ini adalah larangan penggunaan plastik sekali pakai yang telah diberlakukan sejak Januari lalu.
Menurut data yang dikeluarkan oleh Departemen Lingkungan dan Promosi Kualitas, rata-rata orang di Thailand menggunakan sekitar 8 kantong plastik per hari, yang menambahkan hingga 200 miliar per tahun.
Thailand berada dalam cengkeraman krisis sampah plastik yang terus tumbuh, melalui produksi berlebih dan konsumsi serta melalui impor limbah plastik dari luar negeri. Sebagian besar plastik ini berakhir di lokasi penimbunan sampah atau dibuang di jalan-jalan karena kurangnya pilihan pengelolaan limbah.
Hal ini bisa memperburuk banjir di perkotaan, atau mencemari sungai, laut dan samudera, dan juga membunuh satwa liar yang bisa mempengaruhi rantai makanan. *
Editor: Ade Irwansyah