TopCareerID

Kenalkan, Generasi Lockdown

Anak muda AS terkunci di rumah akibat pandemi corona. (dok. Time)

Topcareer.id – Berbagai guncangan yang dihadapi oleh anak muda karena pandemi virus corona dapat merugikan dan melukai mereka di sepanjang kehidupan kerja mereka, menciptakan “generasi lockdown” benar-benar generasi yang terkunci.

Organisasi Buruh Internasional (ILO) PBB mengatakan dalam laporan keempat tentang dampak Covid-19 pada tenaga kerja global bahwa lebih dari satu dari enam anak muda, berusia 18-29, telah berhenti bekerja sejak adanya pandemi virus corona.

Walaupun ini hanya sedikit peningkatan pada hampir 14% dari kaum muda yang menganggur pada tahun 2019, ILO menunjukkan bahwa tingkat pengangguran kaum muda sudah lebih tinggi daripada kelompok lain mana pun. Sementara itu, anak muda yang tetap bekerja selama pandemi mengalami penurunan jam kerja 23%.

Baca juga: Suram, Peluang Karier Gen Z Lulusan 2020 Akibat Wabah Corona

ILO mengatakan bahwa lebih dari empat dari 10 orang muda, berusia 15-24, yang dipekerjakan secara global bekerja di sektor-sektor yang terpukul ketika krisis dimulai. Dan hampir 77% dari kelompok ini berada di pekerjaan informal, dibandingkan dengan 60% pekerja dewasa berusia 25 ke atas.

Dan survei lain yang baru-baru ini dilakukan ILO dengan UNESCO dan Bank Dunia menemukan bahwa 98% responden melaporkan penutupan sebagian atau seluruh sekolah dan pusat pelatihan.

Oleh karena itu ILO berpendapat bahwa kaum muda terkena dampak tidak proporsional oleh krisis pandemi, dengan berbagai guncangan pada pendidikan, pelatihan, pekerjaan dan pendapatan mereka.

“Talenta dan energi kaum muda diimbangi oleh kurangnya kesempatan atau keterampilan, hal itu akan merusak semua masa depan kita dan membuatnya jauh lebih sulit untuk membangun kembali ekonomi yang lebih baik, pasca-COVID,” kata Guy Ryder, Direktur Jenderal ILO, dikutip dari laman CNBC.

Baca juga: Generasi Z dan Milenial Ternyata Kesulitan saat WFH

ILO juga mengatakan dalam laporannya bahwa pengujian dan penelusuran infeksi Covid-19 sangat terkait dengan gangguan pasar tenaga kerja yang lebih rendah, daripada tindakan lockdown.

“Pengurangan jam kerja rata-rata berkurang separuh di negara-negara dengan metode pengujian dan penelusuran yang kuat,” katanya. *

Editor: Ade Irwansyah

Exit mobile version