Topcareer.id – Suku Baduy memang memiliki daya tarik tersendiri baik para wisatawan. Bahkan, wisatawan dari mancanegara pun rela menempuh perjalanan jauh hanya untuk mengenal atau memperdalam keunikan suku ini.
Namun hal tersebut rupanya dianggap mengganggu, sehingga beberapa waktu lalu, Suku Baduy meminta agar wilayahnya dihapus sebagai tujuan destinasi wisata.
Bertepatan dengan adanya pandemi dan permasalahan tersebut, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) akan membuat Suku Baduy sebagai Sustainable Tourism.
“Artinya kita menjaga agar wisatawan tidak berjibun-jibun yang datang, dengan tetap menjaga keseimbangan lingkungan fisik dan budaya sehingga budaya itu tetap eksis, fisiknya tetap lestari. Dan pengunjung harus menghormati dan mematuhi aturan adat yang sudah ada,” ujar Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf, Hari Santosa Sungkari, Sabtu (18/7/2020).
Baca juga: Mulai 15 Juli, Wisatawan Global Sudah Boleh Kunjungi Maladewa
Hari juga tengah mempertimbangkan usulan para perwakilan tetua adat Suku Baduy, yang memberikan masukan mengenai adanya pusat informasi mengenai Suku Baduy di luar perkampungan adat.
Sehingga, calon pengunjung yang ingin mendatangi Kawasan Adat Baduy bisa mempelajari terlebih dahulu apa saja adat istiadat yang ada, serta menjelaskan tujuan kedatangannya.
“Ini bisa berbentuk aplikasi nantinya. Jadi siapa yang datang, kapan mau datang, kalau sudah melebihi batas pengunjung akan ada pemberitahuan bahwa kapasitasnya sudah berlebih. Sehingga kita tidak terulang ada ribuan orang yang belum tentu mendatangkan manfaat,” imbuh Hari.
Dalam kesempatan tersebut, Suku Baduy juga mengungkapkan keinginan Suku Baduy untuk mengganti istilah Wisata Budaya Baduy menjadi Saba Budaya Baduy. Dimana Saba ini bermakna silaturahmi, saling menghargai dan menghormati antar adat istiadat masing-masing.(Feb)