TopCareerID

Sering Konsumsi Makanan Olahan?Awas Risiko Kanker

Topcareer.id – Hubungan antara makanan olahan dan kanker telah diperingatkan para peneliti dari Prancis. Mereka mengklasifikasikan makanan termasuk kue, nugget ayam, dan roti yang diproduksi secara massal sebagai makanan ultra processed.

Sebuah penelitian terhadap 105.000 orang menemukan tanda bahwa semakin banyak makanan ultra processed yang dimakan orang, maka semakin besar risiko kankernya.

Para ahli mengatakan menu diet sehat adalah yang terbaik. Lalu apa saja yang dianggap sebagai makanan ultra processed?

Tim di Universite Sorbonne Paris Cite menggunakan survei makanan selama dua hari untuk mencari tahu apa yang orang biasa makan.

Baca Juga: Produk Makanan Olahan Indonesia Berpeluang Besar di Pasar Global

Selama penelitian ditemukan:

Para peneliti menyimpulkan: “Hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi makanan ultra processed dapat mendorong peningkatan risiko kanker dalam beberapa dekade mendatang.”

Tetapi mereka juga menyampaikan bahwa temuan itu masih perlu “dikonfirmasi oleh penelitian skala besar” lainnya dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apa yang mungkin ada di balik kaitan antara makanan ultra processed dengan kanker.

Sinyal peringatan
Studi ini jauh dari definisi definitif tentang makanan olahan dan kanker. Tidak bisa dikatakan begitu saja bahwa makanan ultra processed adalah penyebab kanker.

Ada juga faktor yang memperkeruh keadaan karena orang yang makan banyak mengonsumsi makanan ultra processed ini juga memiliki perilaku lain yang dikaitkan dengan kanker. Mereka lebih cenderung merokok, kurang aktif, dan mengonsumsi lebih banyak kalori secara keseluruhan.

Prof Linda Bauld, pakar pencegahan Cancer Research UK, mengatakan: “Sudah diketahui bahwa terlalu banyak makanan ultra processed ini dapat meningkatkan berat badan, dan kelebihan berat badan atau obesitas yang dapat meningkatkan risiko kanker.”

Baca Juga: Hati-Hati, Makanan Dietmu Bisa Membawa Risiko Kebutaan

Mengutip BBC, secara keseluruhan dia mengatakan penelitian itu adalah “sinyal peringatan bagi kita untuk melakukan diet sehat” tetapi orang tidak perlu khawatir untuk makan sedikit makanan olahan atau ultra processed selama mereka mengimbangi dengan mengonsumsi banyak buah, sayuran, dan serat.

Menurut dr. Ian Johnson, dari Quadram Institute di Norwich, mengatakan penelitian itu telah “mengidentifikasi beberapa asosiasi yang agak lemah”. Dia juga mengkritik ketidakjelasan istilah ultra-processing.

Dia mengatakan: “Masalahnya adalah bahwa definisi makanan ultra-processed yang mereka gunakan sangat luas dan tidak terdefinisi dengan baik sehingga tidak mungkin untuk memutuskan dengan tepat hubungan sebab akibatnya yang telah diamati.”

Bagi Prof Tom Sanders di King’s College London, definisi makanan ultra processed juga menimbulkan terlalu banyak keanehan.

Dia mengatakan roti yang diproduksi secara massal akan digolongkan sebagai makanan ultra processed, tetapi bagaimana dengan roti buatan sendiri atau roti produksi dari toko roti lokal? Tentunya itu bukan roti produksi massal yang dikategorikan sebagai makanan ultra processed.

“Klasifikasi ini tampaknya sewenang-wenang dan didasarkan pada premis bahwa makanan yang diproduksi secara massal oleh industri memiliki komposisi nutrisi dan kimia yang berbeda dari yang diproduksi di rumah atau oleh pengrajin. Ini tidak seharusnya terjadi,” kata Prof Sanders.

Bahkan komentar yang menyertainya dalam British Medical Journal memperingatkan agar tidak langsung mengambil kesimpulan tentang makanan ultra processed. Penelitian itu hanyalah sebuah “wawasan awal”.**(RW)

Exit mobile version