TopCareerID

Selama Kuartal II 2020, United Airlines Rugi Rp23,86 Triliun

Dok/CNN

Topcareer.id – Selama kuartal kedua 2020, United Airlines melaporkan perusahaannya kehilangan USD1,63 miliar atau sekitar Rp23,86 triliun, akibat penurunan permintaan perjalanan udara karena pandemi. Sementara, kuartal yang sama di tahun  lalu, perusahaan membukukan laba USD1,05 miliar.

Dikutip dari CNBC, pendapatan United Airlines jatuh ke USD1,48 miliar dalam tiga bulan yang berakhir 30 Juni, penurunan 87% dari USD11,4 miliar selama waktu yang sama tahun lalu. Penurunan tajam dalam penjualan tidak seburuk yang ditakuti, mengalahkan perkiraan analis sebesar $ 1,32 miliar.

United mengatakan pihaknya memperkirakan akan mengurangi pembakaran uang tunai menjadi USD25 juta per hari pada kuartal ketiga dari rata-rata harian yang menghabiskan USD40 juta pada kuartal kedua.

Baca Juga: Industri Penerbangan China Derita Kerugian Rp70,7 Triliun di Kuartal II 2020

Maskapai ini telah memangkas ribuan penerbangan dan memarkir sejumlah pesawat untuk memangkas biayanya. United mengatakan kapasitasnya pada kuartal ketiga kemungkinan akan turun 65% dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu.

United mengatakan akan secara proaktif mengevaluasi dan membatalkan penerbangan secara bergulir selama 60 hari sampai melihat tanda-tanda pemulihan dalam permintaan.

“United percaya itu melakukan pekerjaan terbaik untuk mencocokkan kapasitas aktual dengan permintaan di antara rekan-rekan jaringan terbesarnya,” kata maskapai itu dalam rilis pendapatannya.

“Perusahaan juga mengharapkan untuk menyelesaikan kuartal dengan menghabiskan uang harian rata-rata terendah di antara operator jaringan besar.”

Satu titik terang bagi United adalah kargo. United mengatakan pendapatan kargonya melonjak 36% dari tahun lalu menjadi USD402 juta setelah maskapai menambahkan lebih dari 4.800 penerbangan kargo. Unit itu menghasilkan 27% dari pendapatan United di kuartal tersebut, naik kurang dari 3% selama kuartal kedua 2019.

Maskapai itu mengatakan pihaknya memperkirakan memiliki likuiditas lebih dari USD18 miliar setelah meningkatkan lebih dari USD16 miliar sejak awal krisis melalui penjualan utang dan saham, serta bantuan federal.**(RW)

Exit mobile version