Topcareer.id – Dalam dunia kerja professional, akan ada perdebatan mengenai gaya kepemimpinan yang efektif. Gaya kepemimpinan seperti apa yang terbaik untuk membangun tim yang sukses? Bisa saja manajer terjebak dalam label gaya kepemimpinan yang sayangnya tidak efektif untuk kerja tim.
“Yang benar-benar efektif adalah meluangkan waktu untuk memahami masing-masing orang itu, dan saya tidak berbicara tentang menjadi seorang terapis. Pahami apa yang terbaik dari setiap orang dan kenali bahwa itu akan berbeda dari dirimu hampir sepanjang waktu,” kata Pendiri dan CEO EngagedLeadership, Larry Seal dalam The Ladders.
Seal menjelaskan, untuk menjadi efektif dalam memahami orang, kamu hanya perlu fokus pada dua gaya kepemimpinan utama.
“Saya pikir mereka semua dapat memiliki tempat mereka, tetapi dalam 25 tahun pelatihan saya, perbedaan paling penting dalam hal gaya kepemimpinan adalah direktif versus kolaboratif,” kata Seal.
Baca Juga: 3 Gaya Kepemimpinan, Kamu yang Mana?
Ketika menyangkut gaya kepemimpinan directif versus kolaboratif, Seal mengacu pada kecenderungan alami seorang pemimpin. Coba renungi hal ini dalam dirimu, apakah kamu secara alami lebih mengarahkan atau kolaboratif ketika memimpin sebuah grup?
“Jelas mereka berdua punya waktu dan tempat masing-masing. Dan bagi saya, benar-benar bagian yang menyenangkan, seni dan ilmu komunikasi kepemimpinan adalah tentang, bagaimana kamu menggabungkan keduanya? Karena ada waktu dan tempat untuk keduanya,” kata Seal.
Gaya kepemimpinan direktif
Jika kamu cenderung direktif, kamu akan sering memberi tahu lebih dari yang kamu minta. Pemimpin direktif mulai dengan jawaban mereka sendiri.
Baca Juga: Ini Bahaya Gaya Kepemimpinan Mikro Manajemen
Pemimpin tipe ini mungkin terbuka untuk input, tetapi standar mereka adalah melakukan dengan solusi mereka sendiri karena mereka adalah penentu. Para pemimpin direktif menetapkan arah organisasi.
“Seringkali, sebagian besar pemimpin dalam pengalaman saya mulai cukup direktif karena terasa lebih nyaman. Mereka merasa itu adalah tugas mereka untuk menjadi penentu,” ujar Seal.
Ia melanjutkan, semakin banyak pengalaman yang pemimpin itu dapatkan, semakin mereka menyadari bahwa mereka dapat membaginya, dan mereka cukup percaya diri untuk membiarkan orang lain masuk. Lalu, mereka jelas-jelas menambahkan ide-ide mereka jika tim tidak mendapatkannya.
Gaya kepemimpinan kolaboratif
Di sisi lain pemimpin direktif adalah pemimpin kolaboratif, yang kecenderungannya meminta lebih dari yang mereka katakan. Pemimpin kolaboratif meluangkan waktu untuk membangun hubungan, menangani konflik secara konstruktif, dan mereka sering ingin berbagi kendali atas organisasi ketika menghadapi masalah arah, visi, dan budaya.
“Sisi positif terbesar dari kolaborasi, dalam pikiran saya, adalah kamu mendapatkan banyak dukungan, dan kamu mendapatkan banyak motivasi karena orang-orang terlibat, sekaligus diberi tahu apa yang harus dilakukan,” kata Seal.**(RW)