Topcareer.id – Asian Development Bank (ADB) melaporkan bahwa perekonomian negara berkembang di Asia, seperti China, India, Indonesia, dan Singapura, akan mengalami kontraksi pada 2020 untuk pertama kalinya dalam sekitar 6 dekade karena pandemi virus corona yang menghantam seluruh dunia.
Dalam laporan prospeknya yang diperbarui, ADB mengatakan PDB di negara berkembang Asia akan berkontraksi 0,7% tahun ini. Bank itu juga mengatakan tiga perempat dari ekonomi kawasan Asia akan menyusut pada tahun 2020, menurunkan perkiraan PDB untuk negara-negara tersebut.
Kepala Ekonomi ADB, Yasuyuki Sawada mengatakan, pandemi yang sekarang telah menginfeksi lebih dari 29 juta orang di seluruh dunia, memperlambat konsumsi domestik, mempengaruhi permintaan eksternal dan memukul ekspor.
“Selain itu, larangan bepergian benar-benar merusak arus bebas manusia serta perdagangan barang dan jasa,” kata Sawada dalam CNBC, Selasa (15/9/2020).
Data dari ADB, Asia Tenggara sebelumnya diharapkan tumbuh 1% untuk tahun ini, tetapi sekarang diperkirakan akan berkontraksi 3,8%, di mana Thailand, Filipina dan Singapura masing-masing mengalami penurunan lebih dari 6%. Filipina dan Indonesia telah melaporkan jumlah infeksi terbanyak di antara negara-negara Asia Tenggara.
Baca juga: Utang Luar Negeri Indonesia pada Juli 2020 Tercatat Rp 6.069 Triliun
China, tempat wabah virus corona pertama kali dilaporkan, adalah satu-satunya negara yang diperkirakan akan mencatat pertumbuhan positif, meskipun jauh di bawah tingkat yang dilaporkan oleh ekonomi terbesar kedua di dunia dalam beberapa tahun terakhir.
China akan mencatatkan ekspansi 1,8% pada tahun 2020, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,3%, karena ekonominya perlahan kembali ke jalurnya, menurut laporan itu.
Tingkat infeksi di negara tersebut tampaknya terkendali. Itu berbeda dengan wabah yang cepat di India, yang sekarang menjadi pusat pandemi di Asia dengan lebih dari 4,8 juta kasus yang dilaporkan.
Menurut ADB, India diperkirakan mencatat penurunan 9% untuk tahun kalender 2020. Itu direvisi turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 4% pertumbuhan. Tahun fiskal India berlangsung dari 1 April hingga 31 Maret tahun berikutnya.
Dalam tiga bulan antara April dan Juni, ekonomi India menyusut pada laju tertajam 23,9% menyusul penguncian nasional antara April dan Mei.
Baca juga: Indonesia Jajaki Peluang Kerja Sama Vaksin dengan Perusahaan dan Universitas di Jepang
Rebound
Sawada menambahkan, pertumbuhan di negara berkembang Asia atau wilayah yang tidak termasuk negara-negara maju seperti Jepang, Australia dan Selandia Baru, akan pulih menjadi 6,8% pada tahun 2021, sebagian karena itu akan diukur terhadap 2020 yang lemah.
Itu masih akan membuat tingkat PDB tahun depan di bawah proyeksi sebelum virus corona, menyiratkan bahwa pemulihan hanya sebagian dan tidak penuh.
“Penahanan virus tampaknya diterjemahkan menjadi kinerja pertumbuhan, dan pandemi berkepanjangan tetap menjadi risiko penurunan terbesar tahun ini dan tahun depan,” katanya.**(Feb)