Hasilnya cukup jelas:
Di seluruh Eropa dan Amerika Serikat, ketidakbahagiaan mencapai puncaknya pada akhir usia empat puluhan, khususnya pada usia 49 tahun. Secara umum, ketidakbahagiaan mengikuti kurva berbentuk bukit di sepanjang umur. Dengan demikian, anak-anak kecil mulai dengan ketidakbahagiaan yang agak rendah yang meningkat hingga usia 49 tahun.
Selanjutnya, ketidakbahagiaan menurun lagi dan orang dewasa yang lebih tua rata-rata kurang bahagia dibandingkan orang yang berusia sekitar 49 tahun. Oleh karena itu, hasil penelitian sangat mendukung keberadaan “krisis paruh baya” sebagai fenomena umum di berbagai negara. Sebaliknya, tidak ada dukungan ilmiah yang kuat untuk keberadaan “krisis seperempat kehidupan”.
Jadi mengapa ketidakbahagiaan berkurang lagi setelah usia 49 tahun?
Penulis penelitian memberikan tiga saran berbeda. Pertama, orang mungkin menyerah untuk memenuhi impian yang mustahil setelah usia 49 tahun dan menerima tujuan yang realistis, yang mungkin bisa membantu dalam mengurangi ketidakbahagiaan.
Kedua, mulai menyadari orang yang bahagia bisa hidup lebih lama, dan memutuskan untuk lebih bahagia jelas bisa melawan ketidakbahagiaan di usia tua.
Ketiga, ini mungkin efek kontras, di mana orang lanjut usia melihat bagaimana orang lain di generasi mereka jatuh sakit dan meninggal dan merasa lebih bersyukur karena masih dalam keadaan sehat, hal ini cukup signifikan mengurangi ketidakbahagiaan.**(RW)