Topcareer.id – Seorang dewan penasihat Covid-19 dari Presiden terpilih Joe Biden, Dr.Michael Osterholm mengatakan bahwa melakukan lockdown dengan menutup bisnis serta membayar gaji mereka yang hilang selama empat hingga enam minggu bisa membantu mengendalikan pandemi virus corona, dan membuat ekonomi tetap pada jalurnya.
Osterholm yang juga menjabat sebagai direktur Pusat Penelitian dan Kebijakan Penyakit Menular di Universitas Minnesota, mengatakan bahwa AS sedang menuju Neraka Covid, dan orang menderita apa yang disebut Kelelahan Pandemi.
Lockdown nasional akan menurunkan jumlah kasus baru dan rawat inap ke tingkat yang dapat dikelola sementara dunia menunggu vaksin, katanya kepada Yahoo Finance, Rabu (11/11).
“Kami dapat membayar paket sekarang untuk menutupi semua gaji yang hilang bagi pekerja harian, kerugian perusahaan kecil, perusahaan menengah atau pemerintah kota, negara bagian, hingga kabupaten. Kami bisa melakukan semua itu,” katanya.
Baca juga: Satgas Covid-19: Kasus Aktif Indonesia Masih Rendah dari Rata-Rata Dunia
“Satu-satunya poin saya adalah jika kita akan terus membuat pembatasan negara demi negara, tidak ada kompensasi untuk bisnis yang terkena dampak,” tambahnya. “Apa yang kami lakukan sekarang tidak berhasil.”
Namun, seorang pejabat transisi Biden mengatakan kepada NBC News bahwa lockdown “tidak sejalan dengan pemikiran presiden terpilih.”
Osterholm ditunjuk sebagai “dewan penasihat” Covid yang beranggotakan 12 orang oleh Biden pada Senin (9/11). Panel penasihat diketuai bersama oleh mantan Ahli Bedah Umum Vivek Murthy, mantan Komisaris Administrasi Makanan dan Obat David Kessler dan Dr. Marcella Nunez-Smith dari Universitas Yale.
Anggota gugus tugas lainnya termasuk Dr. Atul Gawande, seorang profesor bedah dan kebijakan kesehatan di Harvard, dan Dr. Rick Bright, ahli vaksin dan whistleblower, yang mengundurkan diri dari jabatannya di pemerintahan Trump bulan lalu.
Pada hari Rabu (11/11), Osterholm mengatakan lockdown semacam itu akan membantu negara mengendalikan virus seperti yang dilakukan oleh New Zealand dan Australia. Ahli epidemiologi telah berulang kali menunjuk ke New Zealand dan Australia sebagai contoh untuk menahan virus.**(Feb)