Topcareer.id – Vaksin Covid-19 Pfizer yang kini mencapai efektivitas hingga lebih dari 90%, ternyata hasil kerja keras pasangan ilmuwan Turki-Jerman, yakni Ugur Sahin (55) dan Ozlem Tureci (53).
Kedua ilmuwan ini telah mengabdikan hidup mereka pada bidang onkologi dan penyakit menular, serta menghabiskan bertahun-tahun merintis perawatan imunoterapi yang dipersonalisasi untuk kanker.
Namun, di tengah pandemi virus corona, penelitian inovatif pasangan itu di bidang kode genetik yang dimodifikasi, telah melambungkan mereka ke mata publik, sebagai otak di balik vaksin virus corona pertama yang paling efektif di dunia.
Sahin dan Tureci mendirikan BioNTech di kota Mainz di Jerman tengah pada tahun 2008. Pada hari Senin (9/11), mitra perusahaan, raksasa farmasi AS Pfizer, mengatakan vaksin kandidat mereka lebih dari 90% efektif dalam mencegah infeksi pada sukarelawan.
Ini menggunakan teknologi yang belum pernah disetujui sebelumnya yang disebut messenger RNA, atau mRNA, untuk memicu respons kekebalan pada orang yang divaksinasi.
“Saya pikir ini pesan yang baik bagi umat manusia, kita sekarang memahami bahwa infeksi Covid-19 memang bisa dicegah dengan vaksin,” kata Sahin.
Pasangan ini merupakan dokter terlatih, sebelumnya mereka mendirikan perusahaan Ganymed Pharmaceuticals pada 2001 untuk mengembangkan antibodi pelawan kanker, dan mereka menjualnya seharga USD 1,4 miliar pada 2016.
Baca juga: Pasar Saham Asia Kembali Bergerak Naik Akibat Adanya Harapan dari Vaksin Covid-19
Chief Executive Sahin dan Chief Medical Officer Tureci terdaftar di antara 100 orang terkaya di Jerman. Pada hari Selasa (10/11), nilai pasar perusahaan yang terdaftar di Nasdaq melonjak menjadi USD 25,72 miliar.
Sahin lahir di Iskenderun, sebuah kota di pantai Mediterania Turki. Dia pindah ke Cologne, Jerman ketika dia berusia empat tahun, di mana ayahnya bekerja di pabrik Ford lokal, menurut Reuters.
Dia bertemu Tureci, putri seorang dokter Turki, ketika pasangan itu memulai karier akademis mereka.
Sahin dan Tureci terikat karena hasrat bersama untuk penelitian kanker. Pasangan itu bahkan menjalani hari pernikahan mereka di laboratorium penelitian.
BioNTech menugaskan 500 stafnya untuk mengerjakan proyek dengan beberapa senyawa mRNA potensial, yang akhirnya menjalin kemitraan dengan Pfizer sejak bulan Maret 2020.
Pendekatan vaksin Covid-19 mereka menggunakan materi genetik, mRNA, untuk mengelabui sel agar menghasilkan potongan protein yang terlihat seperti potongan virus. Sistem kekebalan belajar untuk mengenali dan menyerang bagian-bagian itu dan, secara teori, akan bereaksi cepat terhadap infeksi yang sebenarnya.
Sahin mengatakan tujuan BioNTech bekerja sama dengan Pfizer adalah untuk meningkatkan produksi kandidat vaksin mereka dan berharap dapat memproduksi hingga 1,3 miliar dosis pada akhir tahun 2021.**(Feb)