TopCareerID

Dua Pembuat Obat India Ajukan Persetujuan Vaksin COVID-19

Sumber foto: reuters

Topcareer.id – Dua perusahaan India telah mengajukan permohonan persetujuan darurat untuk kandidat vaksin COVID-19 mereka, beberapa hari setelah pembuat obat AS Pfizer melakukan hal yang sama.

Institut Serum India (SII) yang berbasis di Pune sebagai mitra manufaktur untuk kandidat vaksin Covishield dari Universitas Oxford dan AstraZeneca, dan Bharat Biotech yang berbasis di Hyderabad, yang mengembangkan vaksin asli Covaxin, telah meminta izin penggunaan darurat, Menteri Kesehatan Rajesh Bhushan mengatakan pada konferensi pers pada Selasa (8/12).

Menurut Bhushan, beberapa kandidat vaksin Covishield dan Covaxin sedang dalam tahap pengembangan yang berbeda dan sedang dalam tahap uji klinis di negara tersebut.

Pada hari Jumat, Perdana Menteri India Narendra Modi mengadakan pertemuan dengan para pemimpin berbagai partai politik untuk membahas strategi vaksin COVID-19 negara itu. “Diharapkan vaksin corona akan tersedia dalam beberapa pekan ke depan,” kata Modi.

“Segera setelah kami mendapat sinyal hijau dari para ilmuwan, kami akan mulai vaksinasi di India,” kata perdana menteri.

Baca juga: 3 Saham Vaksin COVID-19 Ini Bisa Jadikan Investornya Kaya Raya

“India juga memiliki keahlian dan kapasitas distribusi vaksin,” kata Modi. “Para pejabat sedang menilai peralatan rantai dingin tambahan dan logistik yang dibutuhkan untuk tujuan tersebut.”

Namun, vaksin dua dosis Pfizer yang juga belum menjalani uji coba di India membutuhkan penyimpanan pada suhu minus 70 derajat Celsius, ini menjadi tantangan bagi India untuk distribusi di daerah pedesaan. Vaksin SII justru sebaliknya, hanya perlu disimpan pada suhu 2 hingga 8 derajat Celsius.

“Sementara vaksin Pfizer dapat diberikan kepada orang-orang di kota-kota besar seperti Delhi dan Mumbai di mana lemari es ekstra dingin dapat diatur ketersediaannya, kota-kota yang lebih kecil dan kota-kota lain yang tidak memerlukan suhu seperti itu dapat mengandalkan yang sedang dikembangkan oleh SII.” Kata Rajinder K. Dhamija, seorang profesor dan kepala departemen neurologi di Lady Hardinge Medical College Delhi.

India mungkin tidak perlu menginokulasi seluruh penduduknya. “Tujuan kami adalah memutus rantai penularan virus,” kata Balram Bhargava, direktur jenderal Dewan Riset Medis India.

“Jika kita dapat memvaksinasi sejumlah besar orang dan menghentikan penularan virus itu, maka kita mungkin tidak perlu memvaksinasi seluruh penduduk,” pungkasnya.**(Feb)

Exit mobile version