Topcareer.id – Meski Jepang tengah perang melawan lonjakan infeksi virus corona dan perlawanan public yang kian meningkat, Perdana Menteri Yoshihide Suga berjanji pada Senin (18/1/2021) untuk terus maju dengan segala persiapan dalam mengadakan Olimpiade Tokyo musim panas ini.
“Kami akan terus maju dengan persiapan, dengan penentuan membangun langkah-langkah anti-infeksi yang sangat ketat dan mengadakan acara yang dapat membawa harapan dan keberanian kepada dunia,” kata Suga dalam pidato kebijakan di awal sesi reguler parlemen, mengutip Reuters.
Suga menghadapi pengawasan ketat setelah Taro Kono, menteri administrasi dan reformasi, mengatakan kepada Reuters pekan lalu bahwa Olimpiade mungkin tidak berjalan sesuai rencana.
Komentar Kono seperti menambahkan bara ke api setelah jajak pendapat media baru-baru ini menunjukkan hampir 80 persen orang Jepang percaya Olimpiade, yang sudah ditunda setahun karena pandemi, harus ditunda lagi atau dibatalkan seluruhnya.
Jepang tidak terlalu terpukul oleh pandemi dibandingkan banyak negara maju lainnya, tetapi lonjakan kasus baru-baru ini mendorongnya untuk menutup perbatasannya dengan orang asing non-residen dan mengumumkan keadaan darurat di Tokyo serta kota-kota besar.
Penyelenggara sejauh ini tidak ada masalah terkait logistik, namun akan mengalami keputusan sulit bagaimana menyambut penonton dan atlet sambil melindungi diri dari virus.
Komite Olimpiade Internasional (IOC) mengharapkan hanya 6.000 atlet pada upacara pembukaan, turun dari angka awal sekitar 11.000 dari 200 negara, kata surat kabar Yomiuri, Senin.
Hal itu direncanakan untuk mengurangi kepadatan saat seremoni karena para atlet tidak akan diizinkan tiba di Desa Olimpiade lebih dari lima hari sebelum mereka bertanding dan harus berangkat dalam dua hari setelah selesainya acara mereka.
“Kami yakin perlu untuk mempertimbangkan kembali jumlah peserta pada Upacara Pembukaan dan Penutupan dan bagaimana mereka akan memasuki stadion,” kata panitia penyelenggara Tokyo 2020 melalui email.