Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Friday, April 19, 2024
redaksi@topcareer.id
Covid-19

Studi: Tingkat Bunuh diri di Jepang Melonjak dalam Gelombang Kedua COVID-19

Ilustrasi. (dok. The Week)

Topcareer.id – Tingkat bunuh diri di Jepang telah melonjak pada gelombang kedua pandemi COVID-19, terutama di antara wanita dan anak-anak, meskipun pada gelombang pertama sempat menurun.

Tingkat bunuh diri pada Juli-Oktober 2020 naik 16% dari periode yang sama tahun sebelumnya, pembalikan tajam dari penurunan Februari-Juni 2020 sebesar 14%, menurut studi oleh para peneliti di Universitas Sains & Teknologi Hong Kong dan Institut Gerontologi Metropolitan Tokyo.

“Tidak seperti keadaan ekonomi normal, pandemi ini secara tidak proporsional memengaruhi kesehatan psikologis anak-anak, remaja, dan wanita (terutama ibu rumah tangga),” tulis penulis dalam penelitian yang diterbitkan pada Jumat (15/1) di jurnal Nature Human Behavior.

Penurunan awal angka bunuh diri dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti subsidi pemerintah, berkurangnya jam kerja dan penutupan sekolah, studi tersebut menemukan.

Namun penurunan itu berbalik dengan tingkat bunuh diri yang melonjak 37% untuk wanita, sekitar lima kali lipat di antara pria, karena pandemi berkepanjangan melukai industri di mana wanita mendominasi dan meningkatkan beban pada ibu yang bekerja, sementara kekerasan dalam rumah tangga meningkat.

Studi tersebut, berdasarkan data kementerian kesehatan Jepang dari November 2016 hingga Oktober 2020, angka bunuh diri anak melonjak 49% pada gelombang kedua, sesuai dengan periode setelah penutupan sekolah secara nasional.

Perdana Menteri Yoshihide Suga bulan Januari ini mengeluarkan keadaan darurat COVID-19 untuk Tokyo dan 10 prefektur lain di sekitarnya termasuk Osaka dan Kyoto.

“Orang-orang khawatir tentang COVID-19. Tapi banyak orang juga bunuh diri karena kehilangan pekerjaan, kehilangan penghasilan, dan tidak bisa melihat harapan,” kata Taro Kono, menteri reformasi administrasi dan ragulasi. “Kami perlu mencapai keseimbangan antara mengelola COVID-19 dan mengelola ekonomi,” pungkasnya.**(Feb)

the authorRino Prasetyo

Leave a Reply