Topcareer.id – Tension headache adalah sakit kepala tegang yang rasa sakitnya biasanya menyebar di sekitar dahi, bagian belakang, sampai leher.
Orang yang mengalami sakit kepala ini merasakan sakitnya seperti ada tali yang mengikat kepalanya dengan kencang hingga meremas tengkoraknya.
Ini jenis sakit kepala yang paling umum, bisa menyebabkan nyeri ringan, sedang, atau hebat di belakang mata dan di kepala serta leher.
Menurut Klinik Cleveland, orang yang mengalami tension headache akan mengalaminya secara episodik yang rata-rata terjadi satu atau dua kali per bulan.
Baca Juga: Waspadai Sakit Kepala dan Kelelahan yang Jadi “Kuda Hitam” Gejala Covid-19
Namun, sakit kepala tegang juga bisa menjadi kronis yang berlangsung selama lebih dari 15 hari per bulan. Wanita dua kali lebih mungkin mengalami tension headache dibandingkan pria.
Penyebab tension headache
Sakit kepala tegang ini disebabkan oleh kontraksi otot di daerah kepala dan leher. Jenis kontraksinya dapat disebabkan oleh berbagai macam hal seperti:
- Makanan
- Aktivitas
- Stres
Beberapa orang mengalami tension headache karena tegang setelah menatap layar komputer atau setelah mengemudi kendaraan dalam waktu lama.
Pemicu tension headache lainnya meliputi:
- Suhu udara dingin
- Minuman beralkohol
- Ketegangan mata
- Mata kering
- Kelelahan
- Merokok
- Pilek atau flu
- Infeksi sinus
- Kafein
- Postur tubuh yang buruk
- Stres emosional
- Kurang asupan air mineral
- Kurang tidur
- Sering telat makan
Gejala tension headache
Gejala sakit kepala tegang meliputi sakit kepala hebat dengan tekanan dan nyeri di sekitar dahi dan kulit kepala. Nyeri biasanya ringan atau sedang, tetapi bisa juga hebat.
Namun, sakit kepala tegang tidak memiliki semua gejala migrain, seperti mual dan muntah. Dalam kasus yang jarang terjadi, sakit tension headache dapat menyebabkan kepekaan terhadap suara ringan dan keras.
Pengobatan tension headache
Pengobatan dan perawatan di rumah bisa kamu lakukan dengan minum lebih banyak air mineral. Pertimbangkan berapa lama kamu harus tidur, dan pastikan tidak telat makan.
Jika tidak ada dari strategi tersebut yang berhasil, kamu bisa mengonsumsi obat pereda nyeri yang dijual bebas (OTC), seperti ibuprofen atau aspirin. Namun, ini hanya boleh digunakan sesekali.
Menurut Mayo Clinic, menggunakan obat OTC terlalu banyak dapat menyebabkan sakit kepala “berlebihan” atau “pulih kembali”. Jenis sakit kepala ini terjadi ketika kamu terbiasa dengan obat sehingga kamu mengalami rasa sakit saat efek obatnya hilang.
Obat bebas terkadang tidak cukup. Dalam kasus seperti itu, dokter mungkin memberimu resep obat, seperti:
- Indometasin
- Ketorolak
- Naproxen
- Opiat
- Acetaminophen
Jika pereda nyeri tidak bekerja, dokter mungkin meresepkan pelemas otot. Ini adalah obat yang membantu menghentikan kontraksi otot.
Penyedia layanan kesehatan juga mungkin meresepkan antidepresan seperti selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) yang dapat menstabilkan kadar serotonin di otak dan membantumu mengatasi stres.
Kamu juga mungkinn direkomendasikan untuk menjalani perawatan lain, seperti:
- Kelas manajemen stres
- Biofeedback
- Terapi perilaku kognitif (CBT)
- Akupunktur
Menurut National Center for Complementary and Integrative, suplemen berikut ini dapat membantu mencegah tension headache.
- Butterbur
- Koenzim Q10
- Feverfew
- Magnesium
- Riboflavin (vitamin B-2)
Cara ini juga bisa kamu lakukan untuk meredakan sakit kepala tegang:
- Tempelkan bantal pemanas atau kompres es ke kepala kamu selama 5 hingga 10 menit beberapa kali sehari.
- Mandi air panas
- Perbaiki postur tubuh
- Sering istirahat dari layar komputer untuk mencegah ketegangan mata**(RW)