Topcareer.id – Program vaksinasi COVID-19 telah berjalan di berbagai negara termasuk Indonesia. Namun masih banyak pertanyaan tentang apa yang akan terjadi setelah divaksin?
Tak hanya perihal efek samping, masalah penularan pun kerap dipertanyakan. Dalam artikel ini dijelaskan ringkasan dari beberapa studi ilmiah terbaru tentang COVID-19 yang disebabkan oleh virus corona.
Studi menunjukkan obat arthritis bermanfaat
Sebuah penelitian besar menambah bukti bahwa obat radang sendi dari Roche tocilizumab, yang dijual dengan merek Actemra dapat mengurangi risiko kematian di antara pasien yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19, mempersingkat masa inap di rumah sakit dan mengurangi kebutuhan mereka akan ventilasi mekanis.
Uji coba secara acak melibatkan lebih dari 4.000 pasien dengan berbagai tingkat penyakit. Tingkat kematian dalam 28 hari adalah 29% untuk pasien dalam kelompok tocilizumab dan 33% pada kelompok kontrol.
Setelah memperhitungkan usia pasien, jenis kelamin dan faktor risiko lainnya, tocilizumab dikaitkan dengan penurunan risiko kematian sebesar 14%.
Baca juga: Tips Relaksasi Untuk Mengurangi Stres
“Kami sekarang tahu bahwa manfaat tocilizumab meluas ke semua pasien COVID-19 dengan kadar oksigen rendah dan peradangan yang signifikan,” kata salah satu pemimpin studi Peter Horby dari Universitas Oxford. “Jika digunakan dalam kombinasi dengan steroid, dampaknya sangat besar.” Horby menambahkan.
Sel sumsum tulang bergerak ke otak pada beberapa pasien COVID-19
Menurut para peneliti, sel-sel sumsum tulang yang sangat besar muncul di otak orang yang meninggal karena COVID-19, yang dapat membantu menjelaskan beberapa masalah neurologis yang terkait dengan penyakit tersebut.
Sel-sel yang disebut megakariosit itu biasanya berada di sumsum tulang dan membuat trombosit untuk pembekuan darah. “Kami menemukan bahwa pada beberapa pasien yang meninggal karena COVID-19, kapiler (pembuluh darah terkecil) mengandung sel yang sangat besar yang disebut megakariosit.” kata pemimpin studi David Nauen dari Universitas Johns Hopkins kepada Reuters.
“Jumlahnya sangat besar sehingga dapat menghalangi aliran darah melalui kapiler dan membatasi pengiriman oksigen ke otak, yang dapat mengganggu fungsi otak,” seperti dilaporkan pada Jumat (12/2) di jurnal JAMA Neurology.
Timnya mempelajari jaringan otak dari 15 pasien yang meninggal karena COVID-19 dan menemukan megakariosit di lima otak mereka.
“Apa yang mengisyaratkan sel-sel ini untuk meninggalkan sumsum tulang dan melakukan perjalanan ke otak hingga kini belum diketahui, tetapi yang jelas COVID-19 menyebabkan gangguan pada sistem pembekuan darah, dan mungkin ini terkait,” kata Nauen.**(Feb)