TopCareerID

Plan International: 65 Juta Anak Perempuan di Dunia Tak Bisa Akses Pendidikan

Anak-anak perempuan bersekolah di Afghanistan. (sumber: Stanford University)

Topcareer.id – Plan International menyatakan bahwa belum ada negara yang benar-benar menerapkan kesetaraan gender. Perempuan sejak kecil masih menghadapi gender stereotype dan bias di berbagai hal dari akses sekolah, pekerjaan, kesempatan memimpin maupun membuat berbagai keputusan untuk hidupnya.

Hal itu seperti yang dikatakan oleh CEO Plan International, Anne-Birgitte Albrectsen dalam dialog antargenerasi, bertajuk “Women & Girls: Game Changers in Development” pada Sabtu (6/3/2021) bersama Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengambil momentum Hari Perempuan Internasional.

Plan International melaporkan bahwa 62% dari 10.000 anak dan kaum muda perempuan yang disurvei di 19 negara, mengatakan yakin dengan kemampuan mereka untuk memimpin dan 76% secara aktif ingin menjadi pemimpin dalam karier, komunitas, atau di negara mereka.

Namun hingga kini, kata Albrectsen, anak perempuan di berbagai pelosok masih menghadapi berbagai hambatan untuk maju.

“Untuk itu, kami bekerja dengan berbagai mitra untuk terus mendorong kesetaraan dan kepemimpinan bagi anak perempuan di berbagai bidang,” kata Albrectsen, mengutip rilis yang diterima Topcareer.id.

Bahkan, Plan International mencatat masih ada 65 juta anak perempuan yang tidak bisa mengakses pendidikan. Ini menunjukkan anak perempuan punya keinginan kuat untuk maju, namun masih menghadapi berbagai hambatan.

Dukungan dan investasi dari berbagai pihak menjadi vital diperlukan demi terciptanya kesempatan dan partisipasi setara bagi anak perempuan dalam pembangunan.

Baca juga: Di Masa Pandemi, 17% Pengangguran Kini Jadi Wirausaha

“Kalau saya melihat anak-anak perempuan ini yang masih sangat muda, dan mereka memiliki kepercayaan diri, dan mereka terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang positif, saya sangat bangga. Saya berharap leaders perempuan ini akan terus mengingkuti passion, cita-cita kalian,” tambahnya.

Sementara itu, menurut Menkeu Sri Mulyani, sensitivitas terhadap lingkungan sekitar menjadi modal bagi perempuan untuk bisa menjadi leader yang baik.

“Apa yang bisa saya bantu? Itu adalah ciri leader. Kepedulian dan keinginan untuk melakukan sesuatu yang membantu orang lain, karena Anda sebenarnya punya alasan untuk tidak berbuat apa-apa,” ujar Menkeu.

Kegiatan tersebut merupakan acara puncak rangkaian kegiatan Girls Leadership Program (GLP) dan sebuah komitmen nyata untuk memberdayakan anak dan kaum muda perempuan. Program ini dapat melahirkan anak-anak perempuan yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan leadership-nya.

Exit mobile version