Topcareer.id – Meskipun kehidupan laut Kuba telah menderita akibat penangkapan ikan yang berlebihan dan polusi, terdapat banyak bukti bahwa pemanasan perairan akibat perubahan iklim mungkin menimbulkan banyak korban juga, baik di lepas pantai pulau maupun secara global.
Penelitian yang diterbitkan pada Senin (5/4/2021) menemukan bahwa jumlah total spesies perairan terbuka menurun sekitar setengahnya dalam 40 tahun hingga 2010 di zona laut tropis di seluruh dunia. Selama itu suhu permukaan laut di daerah tropis naik hampir 0,2 derajat Celcius.
“Perubahan iklim telah memengaruhi distribusi keanekaragaman spesies laut, dengan perubahan yang lebih dramatis di belahan bumi utara di mana perairan menghangat lebih cepat,” kata rekan penulis studi Chhaya Chaudhary, seorang ahli biogeograf di Universitas Goethe, mengutip Reuters, Rabu (7/4/2021).
Sementara banyak faktor seperti penangkapan ikan berlebihan telah memengaruhi spesies tropis, studi yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences menemukan korelasi kuat antara penurunan spesies dan kenaikan suhu.
Keanekaragaman spesies ikan cenderung stabil atau menurun pada atau di atas 20C (68 Fahrenheit), temuan para peneliti.
Baca juga: Arab Saudi Umumkan Hanya Jamaah Yang Telah Divaksin Covid-19 Yang Boleh Ke Mekkah
Sementara studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa pemanasan laut mendorong beberapa spesies untuk bermigrasi ke perairan yang lebih dingin, studi baru mencoba mengukur dampak yang lebih luas – menganalisis data pada 48.661 spesies laut termasuk ikan, moluska, burung, dan karang sejak 1955.
Dataset tersebut merupakan sampel representatif 20% dari semua spesies laut yang hidup di perairan terbuka dan di dasar laut – seperti karang dan spons, kata para peneliti.
Jumlah spesies yang menempel di dasar laut tetap stabil di daerah tropis antara tahun 1970-an dan 2010, menurut penelitian tersebut. Beberapa juga ditemukan di luar daerah tropis, menunjukkan bahwa mereka telah memperluas wilayah jelajahnya. Dengan kata lain, kata para ilmuwan, spesies yang bisa bergerak sedang bergerak.
“Dalam sejarah geologi, hal ini terjadi dalam sekejap mata. Melihat perubahan seperti itu terjadi begitu cepat adalah sesuatu yang cukup mengkhawatirkan,” kata Sebastian Ferse, seorang ahli ekologi di Leibniz Center for Tropical Marine Research yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.
Untuk spesies tetap seperti karang, berpindah bukanlah suatu pilihan. “Salah satu pertanyaan besarnya adalah ‘Akankah terumbu karang sebagai ekosistem dan karang sebagai spesies dapat bergerak ke utara atau selatan cukup cepat untuk menyesuaikan diri dengan perubahan iklim?’” Kata Ferse.**(Feb)