TopCareerID

Mampukah Vaksin Turunkan Risiko Sakit dan Kematian akibat COVID-19?

vaksinasi

Ilustrasi vaksin

Topcareer.id – Program vaksin telah serempak berjalan di beberapa negara di seluruh dunia untuk mengatasi pandemi COVID-19 akibat virus corona.

Akan tetapi meskipun sudah menerima vaksinasi COVID-19, masih tetap saja ada orang yang mengalami sakit atau bahkan meninggal.

Direktur Institut Nasional AS untuk Alergi dan Penyakit Menular, Dr. Anthony Fauci mencatat bahwa sedikit kematian yang terlihat di antara 200 lebih infeksi COVID-19 yang sebagian besar terjadi pada orang tua.

Dr. William Schaffner, seorang profesor penyakit menular di Fakultas Kedokteran Universitas Vanderbilt juga mencatat lansia yang telah melakukan vaksinasi secara penuh, terkadang tetap menghadapi risiko kematian yang tinggi karena usia dan status kesehatan mereka.

“Itu adalah populasi dengan orang-orang yang memiliki penyakit yang mendasarinya,” katanya. “Kami tahu bahwa, setiap hari, kejadian buruk dalam populasi itu akan terjadi.”

Mengetes reaksi vaksin covid-19

Untuk menentukan apakah vaksin secara langsung menyebabkan reaksi merugikan, para ahli kesehatan di CDC dan lembaga lain membandingkan orang yang telah melakukan vaksinasi dengan orang yang tidak, dalam demografi yang sama.

Penelitian tersebut untuk menemukan apakah kejadian buruk lebih sering terjadi pada kelompok yang melakukan vaksinasi. Jika terjadi pada tingkat yang sama, menurut Schaffner efek samping kemungkinan tidak terkait dengan vaksin.

Baca juga: Apa Saja Kemungkinan Efek Samping Setelah Menerima Vaksin COVID-19?

Efek samping banyak terjadi, tetapi reaksi parah jarang
Efek samping ringan setelah menerima vaksin kerap kali terjadi. Dalam kasus vaksin Covid-19, kira-kira 10% hingga 15% sukarelawan dalam uji klinis mengembangkan efek samping yang nyata.

Keluhan paling umum untuk vaksinasi COVID-19 termasuk nyeri lengan, kelelahan, nyeri tubuh, dan, dalam beberapa kasus, demam ringan.

Selain itu keluhan mual juga umum terjadi setelah vaksinasi, sakit kepala dan bengkak di tempat suntikan pun bisa terjadi, menurut CDC.

“Efek samping yang parah seperti reaksi alergi, jauh lebih jarang terjadi. Keluhan ini rata-rata terjadi sekitar setiap dua hingga lima kasus per satu juta orang,” kata dekan Baylor College of Medicine Dr. Peter Hotez.

Reaksi merugikan yang parah akibat vaksinasi sangat jarang terjadi, tetapi biasanya terkait dengan vaksin yang mereka gunakan.

Lembaga kesehatan mengatakan manfaat vaksin lebih besar daripada risikonya. Gangguan langka yang dapat menyebabkan kelemahan otot dan diperkirakan terjadi setelah infeksi virus, pada sekitar satu atau dua kasus per satu juta vaksin flu.

Namun vaksinasi masih tetap penting dalam mencegah kematian yang tidak perlu. Risiko dari vaksin COVID-19 sangat kecil ketimbang dengan risiko penyakit parah dari COVID-19 itu sendiri.**(Feb)

Exit mobile version