TopCareerID

Astronomi Ilmu Tertua di Dunia, Ini Buktinya

Topcareer.id – Jutaan tahun lalu, sebelum ada astronomi, manusia purba di sabana Afrika kemungkinan menatap keheranan pada Bulan dan langit penuh bintang.

Sekitar 7.000 tahun yang lalu, sekelompok orang nomaden yang hidup di sabana Afrika menjadi manusia pertama yang mempelajari astronomi.

Mereka merekam gerakan bintang-bintang di sebuah situs bernama Nabta Playa. Sekte pemburu yang menyembah ternak ini membangun lingkaran batu tertua.

Situs tersebut berguna untuk melacak titik balik matahari musim panas dan musim hujan yang mereka andalkan untuk air dan makanan.

β€œIni adalah awal dari pengamatan astronomi,” ucap J. McKim Malville, seorang profesor emeritus di University of Colorado dan ahli archaeoastronomy.

Butuh ribuan tahun sebelum pengamatan yang begitu ketat diterapkan pada bidang lain seperti biologi, kimia, geologi, kedokteran, dan banyak lagi.

Asal usul astronomi
Ribuan tahun setelah pembangunan Nabta Playa, momen serupa terjadi di seluruh dunia. Dan mereka berevolusi dari pengamat bintang menjadi ilmuwan.

Astronomi akhirnya muncul di China, India, Mesir, Eropa, Meso-Amerika, dan Timur Tengah.

Mengembangkan pengetahuan mendalam tentang bintang terbukti penting untuk menjalankan masyarakat agraris yang kompleks.

Meski manusia purba memproyeksikan mitos dan dewa mereka ke surga. Tetapi mereka juga dengan cermat mencatat pengamatan dan perubahan, lalu mengaitkan perubahan itu dengan perilaku alam.

Ini memungkinkan mereka untuk memprediksi aspek-aspek penting di masa depan, seperti kapan hujan akan datang atau kapan waktunya memanen tanaman.

Seiring berjalannya waktu, peradaban di seluruh dunia bergantung pada mereka yang bisa menafsirkan gerakan bulan dan bintang. Dunia membutuhkan astronom.

Baca juga: Sinyal Radio Misterius Dikirimkan Ke Bumi. Diduga Dari Bintang Galaksi Bima Sakti

Bagaimana bintang-bintang mendapatkan namanya

Sejarah astronomi Barat lahir di Mesopotamia. Di sini, astronomi muncul bersamaan dengan apa yang disebut Bulan Sabit Subur.

Sebuah bagian tipis di Timur Tengah yang secara historis dianggap sebagai tempat kelahiran baik pertanian maupun penulisan.

Ketika peradaban kuno meledak di Sumeria, Asyur, dan Babilonia, begitu pula studi tentang bintang-bintang semakin berkembang.

Dan sementara orang Eropa modern mungkin telah mengadopsi rasi bintang yang orang Yunani gunakan, rasi bintang tersebut sudah kuno pada zaman Aristoteles.

Orang Babilonia memiliki tradisi peta bintang yang menarik. Mereka menyimpan dua rangkaian konstelasi yang terpisah untuk tujuan yang sepenuhnya berbeda.

Satu set untuk melacak tanggal pertanian dan menandai perayaan kuno. Tapi yang lain khusus untuk mengenali para dewa.

Kumpulan tanda dewa inilah yang akhirnya sampai ke orang Yunani, membentuk dasar dari 12 konstelasi zodiak modern sekarang.

Konstelasi kuno
Orang Babilonia tidak hanya menggambar langit. Mereka mengukirnya menjadi batu.

Pada 3.200 tahun yang lalu, mereka telah mengukir katalog bintang pertama yang diketahui menjadi loh batu.

Namun, gelar yang diberikan kepada beberapa bintang tersebut tampaknya memiliki asal yang lebih tua, dan tampaknya berasal dari orang Sumeria.

Ini menyiratkan bahwa pengetahuan formal tentang bintang-bintang sudah terbentang luas hingga sebelum adanya sejarah yang tercatat.

Perkembangan ini juga tidak unik di Barat. Sejarah serupa berlangsung pada garis waktu yang berbeda dalam berbagai budaya di dunia.

Dan itulah mengapa banyak sejarawan menganggap astronomi sebagai sains tertua.**(Feb)

Exit mobile version