Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Friday, November 22, 2024
idtopcareer@gmail.com
Covid-19

Vaksinasi COVID-19 di Australia Mulai Abaikan Target

Vaksin Covid-19. Sumber foto: cnbctv18.com

Topcareer.id – Australia telah mengabaikan target vaksinasi untuk hampir semua dari 26 juta populasinya pada akhir tahun 2021.

Hal ini menyusul saran bahwa orang yang berusia di bawah 50 tahun lebih memilih vaksin COVID-19 Pfizer daripada suntikan AstraZeneca.

Australia yang mengandalkan AstraZeneca untuk sebagian besar vaksinnya tidak memiliki rencana untuk menetapkan target baru dalam menyelesaikan program vaksinasinya.

Hal tersebut disampaikan Perdana Menteri Scott Morrison dalam sebuah posting Facebook pada Minggu sore (11/4).

“Meskipun kami ingin melihat semua dosis AstraZeneca diselesaikan sebelum akhir tahun, tidak mungkin untuk menetapkan target seperti itu mengingat banyaknya ketidakpastian yang terlibat,” kata Morrison.

Pihak berwenang di Canberra juga mengubah rekomendasi Pfizer untuk orang di bawah 50 tahun setelah regulator Eropa menegaskan kemungkinan efek samping pembekuan darah dari AstraZeneca.

Australia sebelumnya berlomba melipatgandakan vaksin Pfizer dan merencanakan agar seluruh penduduknya berhasil divaksinasi Oktober 2021.

Tanggapan garis keras Australia terhadap virus sebagian besar menghentikan transmisi komunitas, tetapi peluncuran program vaksinasi menjadi topik politik yang hangat.

Ini juga menjadi sumber gesekan antara Morrison dengan para pemimpin negara bagian setelah Australia hanya memvaksinasi sebagian kecil warganya dari target empat juta suntikan pada akhir Maret 2021.

Sekitar 1,16 juta dosis vaksin COVID-19 telah diberikan di Australia. Morrison menambahkan bahwa kecepatan program vaksinasi Australia sejalan dengan negara-negara lain.

Program vaksinasi di Australia sebenarnya sejalan dengan negara lain yang seperti Jerman dan Prancis, bahkan meninggalkan Kanada dan Jepang.

Akan tetapi Australia memulai program vaksinasi warganya dengan lebih lambat daripada beberapa negara lainnya karena jumlah kasus infeksi virus corona dan kematian akibat COVID-19 di sana cukup rendah.**(Feb)

the authorRino Prasetyo

Leave a Reply