Topcareer.id – Burnout atau kelelahan akibat stres mungkin menjadi kekhawatiran yang paling kecil, menurut sebuah studi baru. Para peneliti menemukan bahwa kebiasaan stres dapat berdampak pada sistem kekebalan otak yang dapat memainkan peran penting dalam perkembangan penyakit Alzheimer.
Para peneliti dari Curtin University di Perth, Australia menemukan bahwa itu adalah respons dari jalur otak yang disebut sumbu hipotalamus-hipofisis adrenal (HPA) terhadap stres, yang terkait dengan Alzheimer.
“Variasi genetik dalam jalur ini dapat memengaruhi cara sistem kekebalan otak berperilaku, yang mengarah pada respons disfungsional,” kata David Groth, PhD, penulis senior studi dan profesor di Curtin University di Perth, Australia, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Ladders.
“Di otak, ini menyebabkan gangguan kronis pada proses otak normal, meningkatkan risiko degenerasi saraf berikutnya dan akhirnya demensia.”
Sumbu HPA meliputi interaksi antara hipotalamus, kelenjar pituitari, dan kelenjar adrenal. Ketika sesuatu yang membuat stres terjadi padamu, pertama-tama sistem saraf simpatik masuk, melepaskan epinefrin dan norepinefrin, yang memberimu perasaan stres serta cemas itu (pikirkan detak jantung yang dipercepat dan berkeringat.)
Kemudian hanya beberapa detik, aksis HPA dirangsang dan mulai memproduksi hormon steroid kortisol. Semakin tinggi tingkat stresmu, semakin banyak sumbu HPA dirangsang dan semakin banyak kortisol yang diproduksi.
Baca juga: Partner Kerja Terbaik Berdasarkan Zodiak, Leo Dan Virgo Tim Yang Hebat
Hubungannya di sini adalah bahwa kasus penyakit neurodegeneratif ini sering menunjukkan aksis HPA yang tidak teratur dan tingkat kortisol lanjut. Para peneliti juga menemukan sumbu HPA yang rusak akibat stres dapat berdampak pada peradangan otak yang menyebabkan kerusakan neuron. Neuron yang melemah biasanya terlihat pada pasien Alzheimer.
Gaya hidupmu dapat menempatkanmu pada risiko yang lebih tinggi untuk Alzheimer
Studi yang menyatakan bahwa gaya hidup dan faktor lingkungan dapat memainkan peran kuat dalam perkembangan Alzheimer telah dipublikasikan dengan baik selama bertahun-tahun.
Perlu dicatat bahwa stres, mungkin dari karier yang kuat, tidak dapat menyebabkan Alzheimer saja, tetapi dapat memainkan peran dalam menempatkan seseorang pada risiko yang lebih tinggi untuk itu.
Menurut Dr. Irina Skylar-Scott, asisten profesor klinis neurologi dan ilmu saraf di Universitas Stanford, stres kronis dari sesuatu seperti pekerjaanmu saat ini, dapat melemahkan sistem kekebalan otak sehingga lebih sulit untuk menangani timbulnya gejala Alzheimer.
Penelitian ini dipublikasikan di Biological Review pada Juni 2021.**(Feb)