Topcareer.id – Ribuan ilmuwan berulang kali telah menyerukan agar dunia segera mengatasi keadaan darurat iklim saat ini. Ilmuwan juga memperingatkan bahwa beberapa titik kritis sekarang sudah makin dekat.
Para peneliti, bagian dari kelompok lebih dari 14.000 ilmuwan yang telah menandatangani inisiatif yang menyatakan darurat iklim di seluruh dunia, mengatakan dalam sebuah artikel yang diterbitkan dalam jurnal BioScience pada Rabu (28/7/2021) bahwa pemerintah secara konsisten gagal mengatasi “eksploitasi berlebihan terhadap Bumi” yang mereka gambarkan sebagai akar penyebab krisis.
Mengutip Al-Jazeera, sejak penilaian serupa pada 2019, mereka mencatat “lonjakan yang belum pernah terjadi sebelumnya” dalam bencana terkait iklim.
Bencana akibat lonjakan iklim yang dimaksud termasuk banjir di Amerika Selatan dan Asia Tenggara, gelombang panas dan kebakaran hutan yang memecahkan rekor di Australia dan AS, dan topan yang menghancurkan di Afrika dan Asia Selatan.
Untuk penelitian ini, para ilmuwan mengandalkan “tanda-tanda vital” untuk mengukur kesehatan planet ini, termasuk deforestasi, emisi gas rumah kaca, ketebalan gletser dan luasan es laut, dan deforestasi. Dari 31 tanda, mereka menemukan bahwa 18 mencapai rekor tertinggi atau terendah.
Misalnya, meskipun ada penurunan polusi yang terkait dengan pandemi COVID-19, tingkat CO2 dan metana di atmosfer mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada tahun 2021.
Baca juga: Dukung Industri Ikan Hias, Pemerintah Berencana Buat Pameran Internasional
Greenland dan Antartika baru-baru ini menunjukkan tingkat massa es yang rendah sepanjang masa dan gletser mencair 31 persen lebih cepat daripada yang terjadi hanya 15 tahun yang lalu, kata para penulis.
Panas laut dan permukaan laut global mencatat rekor baru sejak 2019, dan tingkat kehilangan tahunan Amazon Brasil mencapai level tertinggi 12 tahun pada 2020.
Menggemakan penelitian sebelumnya, para peneliti mengatakan degradasi hutan yang terkait dengan kebakaran, kekeringan dan penebangan menyebabkan bagian dari Amazon Brasil sekarang malah menjadi sumber karbon, daripada menyerap gas dari atmosfer.
“Peternakan seperti sapi dan domba sekarang mencapai rekor, berjumlah lebih dari empat miliar dan dengan massa melebihi semua manusia dan mamalia darat jika digabungkan,” kata para ilmuwan.
“Kita perlu berhenti memperlakukan darurat iklim sebagai masalah yang berdiri sendiri – pemanasan global bukanlah satu-satunya gejala dari sistem Bumi kita yang tertekan,” kata William Ripple, seorang profesor ekologi terkemuka di Sekolah Tinggi Kehutanan Oregon State University.
Lebih lanjut ia mengatakan, kebijakan untuk memerangi krisis iklim atau gejala lainnya harus mengatasi akar penyebabnya: eksploitasi berlebihan manusia terhadap planet ini.