TopCareerID

Relawan Pemulasaran Jenazah Covid: Harus Siap Siaga 24 Jam

relawan pemulasaran jenazah Covid-19 yang sedang bertugas.

relawan pemulasaran jenazah Covid-19 yang sedang bertugas. (foto: istimewa)

Topcareer.id – “Kami bahkan pernah pulang sampai jam 1 malam karena dalam sehari ada 3 jenazah yang harus diurus. Relawan seperti kami ini harus siap kapanpun, siap siaga 24 jam.”

Itu secuil kisah Christmas Setiawan, relawan pemulasaran jenazah Covid-19 di Kelurahan Kepatihan Kulon, Kecamatan Jebres, Surakarta, yang menuturkan bahwa dirinya sebagai relawan harus siap siapa kapan saja jika memang dibutuhkan untuk mengurus jenazah pasien Covid-19 yang meninggal saat isolasi mandiri di rumah.

Christmas mengaku bahwa angka kematian cukup tinggi ketika pandemi di Indonesia melonjak pada bulan Juni-Juli. Karena lonjakan itu, ia dan rekan-rekan relawan lainnya sering diterjunkan untuk pemulasaran jenazah Covid-19. Tidak seperti pada pandemi 2020.

Tidak hanya untuk kelurahan Kepatihan Kulon yang ditangani Christmas dan rekan relawan lainnya, tapi juga kelurahan lain di Kecamatan Jebres. Bahkan, ia juga kerap memberikan pelatihan terkait pemulasaran jenazah Covid-19.

“Kami juga sering memberikan pelatihan pemulsaran jenazah untuk wilayah lain, biar mereka bisa menangani juga,” kata Christmas ketika dihubungi Topcareer.id via telepon, Senin (16/8/2021).

Perjuangan relawan pemulasaran jenazah

Christ menyampaikan bahwa dalam sekali melakukan kegiatan pemulasaran jenazah Covid-19, ia bergerak bersama 9 orang relawan lainnya. Jadi, untuk satu jenazah, ada 10 orang yang menangani pemulasaran mulai dari memandikan, mengkafani, hingga membawanya ke kuburan untuk dimakamkan.

Baca juga: Data Diri Di Sertifikat Vaksinasi Salah? Begini Cara Mengakalinya

Ia menuturkan, 5 orang bertugas untuk mengurus jenazah Covid-19 seperti memandikan, mengkafani, lalu membungkus dengan plastik, memasukkan ke kantong jenazah, dan keudian dimasukkan lagi ke dalam peti.

Sementara, 5 orang lainnya akan bertugas membawa jenazah yang sudah di peti ke kuburan dan menunggu proses penggalian selesai, lalu menguburkannya.

“Sebenarnya 1 jenazah itu penanganannya paling 1 jam, tidak lama. Tapi, kami kan tetap menunggu antrean di kuburan, itu yang bikin agak lama. Kadang kan satu hari antrean bisa 20 jenazah, kami tunggu penggaliannya. Saat bedah bumi (penggalian liang kubur) itu siap barulah dikuburkan,” ucap Christ.

Kalau jadwal sudah “padat” Christ dan relawan lain mau tidak mau harus memakai baju hazmat atau Alat Pelindung Diri (APD) lengkap hampir seharian. Namun, memang tiap penanganan jenazah akan menggunakan APD yang berbeda.

Jadi jika melakukan pemulasaran 3 jenazah Covid-19, maka Chist akan berganti 3 APD dalam sehari. Hal itu tentu dilakukan memang untuk mengurangi risiko penularan Covid-19.

“Gerah itu manusiawi ya, tapi tidak kemudian memakai baju hazmat itu menjadi kendala dalam bertugas,” ujar Christ.
Beruntungnya, di wilayah tugas Christ banyak donatur yang menyumbang perlengkapan medis seperti APD, masker, hingga logistik, bahkan juga fasilitasi ambulans yang bisa digunakan kapan saja.

Ia memberikan saran agar selalu menjaga kesehatan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan percaya bahwa Covid-19 itu memang ada, tidak boleh disepelekan. Bahaya menyepelekan penyakit ini bisa berujung pada kematian.

Exit mobile version