TopCareerID

Ciri-ciri Hubungan Toxic, dan Cara Menghindarinya

Perencanaan keuangan untuk pasangan muda.

Ilustrasi. (dok. Anva)

Topcareer.id – Pernah denger hubungan beracun alias toxic relationship? Ya, hubungan semacam ini dipercaya tidak sehat karena acapkali disalahgunakan dan menimbulkan akibat yang kurang menyenangkan baik secara emosional, sosial, fisik maupun seksual.

Hubungan beracun ini pun diketahui tidak hanya untuk suami istri saja, melainkan dalam berteman, berelasi (bila telah bekerja) dan berpacaran. Dalam kasus ini, relationship abuse terkadang juga dapat berlaku.

Hal ini diungkapkan Ketua Health Promoting University UGM Yayi Suryo Prabandari dalam seminar daring yang diadakan oleh KMK Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Sabtu, (25/9/2021).

“Hubungan ini hanya menguntungkan satu pihak, merugikan diri sendiri dan bisa merugikan orang lain (kalau kita sebagai pelaku),” ujarnya.

Lebih lanjut Yayi menjelaskan dalam jurnal semiotika, ada yang mengklasifikasi mengenai pola hubungan beracun.

Baca juga: 5 Cara Memperbaiki Hubungan Persahabatan yang Retak

“Pertama, secure attachment. Jadi merasa tidak nyaman jika tidak ada dia. Kedua, cemas ambivalen. Hubungan beracun berada di antara perasaan senang dan takut. Seharusnya tidak ada perasaan itu kalau berada di dekat orang yang dicintai, hanya ada perasaan nyaman. Ketiga, cemas menghindar. Ini adalah hubungan yang sebenarnya kita ingin menghindar tetapi merasa tidak enak karena mungkin terus dicari,” paparnya.

Menurut Yayi, relationship abuse ini pun dapat dikenali mulai dari terlalu sibuk dengan dunia maya, terus mengkritik, mengekspresikan ketidaksukaan secara tak langsung, menghindari hubungan emosional dengan orang lain, dan menyembunyikan masalah.

“Jadi tanda-tanda hubungan beracun adalah memanipulasi orang lain, tidak konsisten, tidak mau meminta maaf, tidak punya sifat empati dan simpati, dan hanya mau senangnya saja,” tambahnya.

Dengan kata lain hubungan seperti ini dapat mengakibatkan cemas dan stres, berpengaruh terhadap masalah kepercayaan, kesehatan mental yang terganggu, gangguan dalam kehidupan sehari-hari, serta trauma, tidak nyaman dan tidak aman (insecure).

Oleh sebab itu, Yayi membeberkan cara mengatasi dan mencegah agar kita tidak terjebak dalam hubungan beracun adalah dengan berbicara secara efektif (pembicara dan penerima mengerti pesan yang disampaikan) dan asertif (menyatakan secara langsung yang diinginkan, menghargai dan memahami orang lain).

“Asertif artinya tegas, berterus terang dan kalau bisa secara definitif diucapkan. Misalnya mengucapkan kalau kita tidak suka dibatasi untuk bermain dengan orang lain. Kalau kita sudah berbicara, namun masih saja terjadi, sebaiknya berpikir panjang untuk tetap menjalin hubungan dengan orang tersebut terutama jika ingin melanjutkan hubungan ke pernikahan. Dalam psikologi pola perilaku, perulangannya ada sehingga harus dipikirkan kembali,” pungkas Yayi.**(Feb)

Exit mobile version