Topcareer.id – Yang familiar terdengar oleh kita saat ini masih berupa anggapan bahwa penyakit jantung sering terjadi pada usia tua. Eits, waspada. Pakar Kedokteran Vaskular Universitas Gadjah Mada mengingatkan bahwa saat ini terdapat tren shifting penyakit jantung.
“Jangan lupa sekarang ada yang namanya shifting. Trennya itu mengarah ke usia yang lebih muda, apalagi tentunya dengan teknologi dan fasilitas yang mempermudah kita dalam kehidupan,” kata dr. Arditya Damarkusuma, Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKKMK UGM, dikutip dalam rilis resmi situs UGM, Kamis (7/10/2021).
Arditya memaparkan Framingham Heart Study (FHS) menunjukkan bahwa penyakit jantung sering terjadi di usia tua. Salah satu studi yang paling besar yaitu framingham studi saat itu mengatakan bahwa laki-laki yang berusia di atas 45 tahun atau perempuan terutama setelah menopause meningkatkan risiko adanya kejadian kardiovaskular.
Tapi, Arditya juga mengingatkan adanya shifting di mana teknologi dan berbagai fasilitas yang kian memudahkan bisa meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
“Sekarang kalau kita lapar di malam hari ingin sesuatu yang manis, kita hanya menggunakan aplikasi makanan pesan antar sehingga ini meningkatkan peran penyakit kardiovaskular, dalam ini spesifiknya penyakit jantung di usia yang lebih muda,” jelasnya.
Menjaga kesehatan jantung menurut Arditya bisa dilakukan dengan mengenali diri sendiri terlebih dahulu. Ia mengatakan, kira-kira ada tidak faktor risiko yang bisa dikontrol dan yang tidak bisa.
Baca juga: 1 Dari 10 Orang Alami Sakit Perut Saat Makan, Apa Penyebabnya?
Kalau usia, tidak bisa dikontrol karena secara fisiologis tentunya manusia semakin tua. Oleh karena itu, kita harus mengenali adakah faktor-faktor risiko lainnya selain usia.
“Mungkin ada riwayat tensi dan gulanya lumayan tinggi, mungkin ada yang merokok, riwayat orang tuanya yang mempunyai sakit jantung atau riwayat penyakit lainnya seperti syaraf dan kolestrol,” terang Arditya.
Selanjutnya, ia menjelaskan bahwa denyut nadi usia dewasa muda yang normal adalah 70-100. Beberapa literatur juga ada yang menyebutkan 60-100. Menurut Arditya, menggunakan smart watch adalah cara mudah untuk mengetahui denyut jantung.
“Pada usia muda, kalau ada keluhan secara kardiovaskular seperti sesak nafas, nyeri dada, nafas tidak nyaman, jangan ragu untuk ke dokter terdekat, baik dokter jantung atau dokter penyakit dalam untuk memastikan apakah ada masalah atau tidak, karena saat ini tren shiftnya ke usia muda,” tuturnya.
Cara lain menjaga kesehatan jantung menurut Arditya adalah dengan berolahraga aerobik. Panduannya yang sering dibaca adalah Europian Society of Cardiologist.
Bahwa untuk kita dewasa muda, yang sehat itu disarankan berolahraga yang baik jenis aerobik dengan intensitas sedang, kira-kira 150 menit seminggu. Hal ini biasanya terbagi menjadi beberapa sesi, yaitu 30 menit sehari, minimal 5 kali seminggu.
“Aerobik secara sederhana adalah olahraga yang menggerakan banyak otot seperti joging, bersepeda, senam dan menari. Literatur mengatakan yang rutin berolahraga bisa memilik risiko rendah untuk menderita penyakit jantung yaitu 14-50%,” jelas Arditya.