TopCareerID

Yakin Mau Resign? Pertimbangkan 3 Hal Ini

Tata cara mengundurkan diri yang sopan dan profesional.

Ilustrasi. (dok. ekunbiz)

Topcareer.Id – Saat kamu merasa sudah terlalu berat untuk menjalani rutinitas pekerjaan yang sedang kamu jalani, mungkin kamu sempat terpikir untuk mengundurkan diri alias resign saja.

Merencanakan resign memang terasa menenangkan, apalagi jika kita memikirkan hari-hari yang lebih santai kedepannya, dengan kesempatan baru yang mungkin ada banyak di sana.

Eits, tapi jangan buru-buru tergiur dengan hal itu. Resign itu terkadang tidak menyelesaikan masalah lho, dan cenderung bikin masalah baru.

Oleh karena itu, daripada menyesal nantinya, lebih baik coba pertimbangkan beberapa hal berikut ini, seperti dikutip dari laman Forbes.

Cari tahu apa yang tidak berfungsi
Langkah pertama untuk mempertimbangkan perubahan karier potensial adalah memikirkan apa yang tidak kamu sukai dari peranmu saat ini.

Elemen-elemen yang membuat kamu gelisah mungkin perlu didiskusikan dengan manajer untuk mencari penyesuaian dan jalan keluar. Apakah itu tugas pekerjaan, jadwal, atau peluang pengembangan profesional.

Jika uang adalah satu-satunya hal yang kurang, mungkin ini sudah waktunya untuk meminta kenaikan gaji.

“Pastikan pergi adalah hal terbaik untukmu. Mintalah promosi itu jika kamu pikir kamu dibayar rendah,” kata Lindsey Bell, kepala strategi investasi di Ally Bank yang telah memantau dampak finansial pribadi dari fenomena tersebut.

Jika mereka tidak merespons dengan baik, ini mungkin merupakan indikator untuk menjelajahi pasar perekrutan yang baru.

Nah, kalau pengembangan profesional adalah hambatan, tenang, ada peluang dari magang hingga program pelatihan virtual, untuk membantumu maju atau bersiap untuk transisi karier.

Baca Juga: Penyebab Nomor 1 Karyawan Milenial Resign Bukan Karena Gaji, Tapi…

Timbang untung rugi kamu
Vanessa King, wakil presiden dan penasihat keuangan di Ancora, menyarankan untuk meninjau semua yang mungkin kamu tinggalkan di atas meja dalam peranmu saat ini, mulai dari manfaat hingga struktur.

Beberapa dari manfaat tersebut, seperti perawatan kesehatan berbayar, mungkin akan menjadi masalah jika kamu memulai bisnis atau mendapat pekerjaan baru yang tak menawarkan itu.

“Elemen lain yang perlu dipikirkan, terutama bagi pekerja yang lebih muda, adalah tabungan,” kata King.

Jika kamu memiliki akses ke akun pensiun melalui pekerjaan, lalu memutuskan resign dan usaha sendiri, kamu harus bersiap menabung sendiri, dan menghitung bagaimana perubahan ini akan memengaruhi rencanamu untuk tahun-tahun berikutnya.

Tidak ada cara tunggal untuk menghitung hal ini, namun ini harus dipertimbangkan sebaik mungkin.

Pastikan berapa banyak dukungan yang kamu miliki?
Semakin kompleks situasi pribadi kamu usai resign nanti, maka semakin banyak dukungan yang kamu butuhkan, baik itu dari anggota rumah tangga kamu, ataupun kolega dan teman dekatmu.

Untuk awal, cobalah kurangi bebanmu sebelum resign. Contoh, jika kewajiban keuangan alias utang menghambatmu untuk resign, cobalah selesaikan ini dulu.

Ini tidak berarti melunasi hutangmu secara penuh sebelum memasukkan surat resign kamu, melainkan meminta kreditur untuk mengurangi suku bunga utangmu, dan langkah-langkah lain yang membuat cicilannya terasa lebih masuk akal.

Selain itu, kamu juga harus memastikan bahwa kamu memiliki dukungan, baik itu yang bersifat emosional, maupun untuk finansial darurat.

Nah, sudah yakin untuk resign? Sekedar mengingatkan, jangan gegabah ya untuk resign, apalagi jika kamu belum memiliki rencana yang matang atau pengganti yang lebih baik.

Kalau kata orang, lebih baik pusing karena kerja, daripada pusing karena tidak kerja.**(Feb)

Exit mobile version