Topcareer.id – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan pada Senin (29/11/2021) bahwa saat ini dunia dalam siaga tinggi karena jenis virus corona baru, yakni Omicron. Namun, kata WHO, varian delta yang masih bertanggung jawab atas sebagian besar infeksi saat ini secara global.
“Lebih dari 99% kasus di seluruh dunia disebabkan oleh varian delta dan lebih banyak kematian terjadi pada yang tidak divaksinasi. Saya pikir itu prioritas kami sementara kami menunggu untuk mengetahui lebih lanjut tentang varian (omicron)” kata Kepala Ilmuwan WHO Soumya Swaminathan, mengutip dari laman CNBC.
Pekan lalu, badan kesehatan global mengakui varian omicron, yang pertama disebut sebagai garis keturunan B.1.1.529, sebagai varian yang menjadi perhatian (variant of concern).
Itu artinya bisa lebih menular, lebih ganas atau lebih terampil menghindari tindakan kesehatan masyarakat, vaksin dan terapi. Strain ini pertama kali diidentifikasi oleh para ilmuwan Afrika Selatan. Delta, di sisi lain, pertama kali terdeteksi di India.
Baca juga: Varian Omicron Menyebar, Pelancong Dari 14 Negara Ini Dilarang Masuk Indonesia
Pakar kesehatan khawatir tentang penularan varian omicron mengingat konstelasi mutasi dan profilnya yang tidak biasa yang berbeda dari varian yang menjadi perhatian sebelumnya.
“Profil mutasi sangat menyarankan bahwa itu akan lebih cepat dalam penularan dan mungkin menghindari perlindungan kekebalan yang akan kalian dapatkan, misalnya, dari antibodi monoklonal atau dari serum pemulihan setelah seseorang terinfeksi, dan bahkan mungkin melawan beberapa antibodi yang diinduksi vaksin,” pakar penyakit menular AS Dr. Anthony Fauci.
“Jadi belum tentu itu akan terjadi, tapi itu indikasi kuat bahwa kita benar-benar harus siap untuk itu,” tambah Fauci.
Swaminathan dari WHO mengatakan bahwa para ilmuwan perlu waktu untuk melakukan eksperimen dan mengumpulkan data yang akan membantu mereka menjawab beberapa pertanyaan mendasar seputar varian baru.
“Yang ingin kami ketahui adalah, apakah varian ini lebih menular, bahkan lebih dari delta? Kami ingin tahu apakah ada pola klinis yang berbeda, apakah lebih ringan, lebih parah ketika menyebabkan penyakit? Ketiga, dan yang sangat penting, apakah varian ini mampu menghindari respons imun baik setelah infeksi alami atau setelah vaksin,” jelas dia.**(Feb)