Topcareer.id – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin (6/12/2021) mengeluarkan rekomendasi kuat untuk tidak memberikan plasma konvalesen demi mengobati pasien Covid-19, mengutip penelitian yang menunjukkan tidak ada peningkatan pada pasien yang menerima perawatan.
Dalam terapi plasma konvalesen, plasma darah disumbangkan oleh seseorang yang telah pulih dari virus dan ditransfer ke pasien yang memerangi virus dengan harapan antibodi donor membantu melawan infeksi.
“Tidak ada manfaat yang jelas untuk hasil kritis seperti kematian dan ventilasi mekanis untuk pasien dengan penyakit tidak parah, parah atau kritis, dan kebutuhan sumber daya yang signifikan dalam hal biaya dan waktu untuk pemberian,” menurut kelompok pengembangan pedoman WHO.
Kelompok itu mengatakan pengobatan juga menghadapi tantangan praktis, seperti menemukan dan menguji donor serta mengumpulkan, menyimpan dan mengangkut plasma.
Rekomendasi tersebut didasarkan pada 16 uji coba dengan lebih dari 16.000 pasien dengan infeksi Covid tidak parah, parah, dan kritis. Kelompok tersebut mengatakan penelitian tentang pengobatan harus dilanjutkan dalam uji coba kontrol secara acak. Rekomendasi baru ini diterbitkan dalam British Medical Journal.
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS pada bulan Februari mengurangi otorisasi penggunaan darurat plasma konvalesen untuk hanya mencakup pasien rawat inap di awal perkembangan penyakit dan mereka yang dirawat di rumah sakit yang memiliki gangguan sistem kekebalan di mana mereka tidak dapat menghasilkan respons antibodi yang kuat.
Baca juga: Ahli Vaksin: Pandemi Di Masa Depan Bisa Lebih Mematikan Daripada Covid
“Plasma dengan tingkat antibodi yang rendah belum terbukti membantu dalam COVID-19,” kata FDA dalam otorisasi darurat yang direvisi pada bulan Februari.
National Institutes of Health pada Agustus juga mengatakan plasma konvalesen tidak membantu pasien dalam penelitian yang didukung NIH terhadap lebih dari 500 pasien dewasa Covid di University of Pittsburgh. Uji coba dihentikan pada Februari karena kurang efektif, kata NIH.
The New England Journal of Medicine, dalam sebuah penelitian yang diterbitkan bulan lalu, menemukan bahwa plasma konvalesen tidak mencegah perkembangan penyakit pada pasien rawat jalan berisiko tinggi bila diberikan satu minggu setelah timbulnya gejala. Itu juga tidak meningkatkan hasil klinis pada pasien rawat inap di akhir perjalanan penyakit mereka, menurut penelitian.
Namun, penelitian ini menemukan bahwa plasma konvalesen memang mengurangi perkembangan penyakit pada orang dewasa rawat jalan yang lebih tua jika diberikan dalam waktu 72 jam setelah timbulnya gejala.