Topcareer.id – Hingga satu juta vaksin COVID-19 diperkirakan telah kedaluwarsa tanpa digunakan di Nigeria November lalu.
Pemerintah di benua berpenduduk lebih dari satu miliar orang itu telah mendorong lebih banyak pengiriman vaksin karena tingkat inokulasi tertinggal dari negara yang lebih kaya.
Nyatanya angka vaksinasi masih cukup rendah dan meningkatkan risiko varian baru Omicron yang sekarang menyebar ke seluruh Afrika Selatan.
Di Nigeria, negara terpadat di Afrika, kurang dari 4% orang dewasa telah divaksinasi lengkap, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Namun, lonjakan pasokan baru-baru ini telah menyebabkan masalah baru. Banyak negara Afrika mendapati bahwa mereka tidak memiliki kapasitas untuk mengelola vaksinasi.
Dosis kadaluwarsa dari AstraZeneca kiriman dari Eropa dipasok melalui COVAX, fasilitas berbagi dosis yang dipimpin oleh aliansi vaksin GAVI dan WHO yang bergantung pada sumbangan.
Ada sumber yang mengetahui mengatakan bahwa pengiriman beberapa dosis tiba dalam empat hingga enam minggu vaksin mencapai tanggal kadaluwarsa.
Baca juga: Pakar Vaksin sebut Pandemi Berikutnya Bisa Lebih Mematikan daripada COVID-19
Seorang juru bicara Badan Pengembangan Perawatan Kesehatan Primer Nasional Nigeria mengatakan jumlah vaksin yang diterima dan digunakan masih dihitung dan akan membagikan temuannya dalam beberapa hari mendatang.
WHO mengatakan dosis telah kadaluwarsa, tetapi menolak memberikan angka.
“Pemborosan vaksin diharapkan terjadi dalam program imunisasi apa pun, dan dalam konteks penyebaran COVID-19 adalah fenomena global,” kata WHO.
pihak WHO mengatakan vaksin yang dikirim dengan masa simpan “sangat pendek” adalah suatu masalah.**(Feb)