Topcareer.id – Kini semakin banyak negara mengurangi waktu tunggu untuk mendapatkan booster vaksin COVID-19 dari enam bulan menjadi hanya tiga bulan sebagai upaya untuk menangkal lonjakan infeksi baru dari varian Omicron.
Banyak negara bereaksi terhadap bukti awal yang menunjukkan bahwa Omicron menyebar lebih cepat daripada pendahulunya, Delta.
Omicron juga lebih mungkin menginfeksi orang yang divaksinasi atau pernah memiliki COVID-19 di masa lalu.
Namun, beberapa ilmuwan bagaimanapun mengatakan bahwa memberikan booster terlalu cepat bisa membahayakan tingkat perlindungan vaksin jangka panjang.
Sementara data masih terbatas, sebagian penelitian laboratorium telah menunjukkan bahwa kursus awal dua dosis vaksin COVID-19 tidak cukup untuk menghentikan infeksi dari varian Omicron, tetapi suntikan booster dapat membantu.
Desember ini, Korea Selatan, Inggris, dan Thailand memangkas interval menjadi tiga bulan. Belgia menurunkannya menjadi empat bulan.
Prancis, Singapura, Taiwan, Italia, dan Australia telah mengurangi waktu tunggu booster menjadi lima bulan.
Beberapa negara termasuk Amerika Serikat, Afrika Selatan, dan Jerman, telah menerapkan jadwal booster enam bulan.
Finlandia telah merekomendasikan jangka waktu tiga bulan untuk kelompok berisiko.
Spanyol dan Lithuania juga sejauh ini menawarkan booster hanya untuk orang dengan sistem kekebalan yang lemah, orang tua atau rentan.
Sementara itu India hingga sekarang masih belum memutuskan kampanye booster.
Baca juga: Studi: Vaksin COVID-19 Tidak Efektif Lawan Omicron Tanpa Booster
Lebih banyak data diperlukan, tetapi ada risiko bahwa kerangka waktu yang lebih pendek dapat membahayakan efektivitas vaksin yang diberikan dalam beberapa dosis, kata para ahli.
“Secara umum untuk vaksin dosis ganda… sistem kekebalan bekerja lebih baik jika memiliki waktu untuk matang,” kata Dr. William Schaffner, ahli penyakit menular dari Vanderbilt University School of Medicine.**(Feb)