TopCareerID

Setop Kerja Keras, Mulailah Kerja Smart! (Bagian 1)

Sumber foto: Life Health Care

Sumber foto: Life Health Care

Topcareer.id – Slogan “work hard play hard” mulai usang, sekarang adalah eranya kerja smart alias kerja pintar.

Jadi, jangan biarkan diri kamu terjebak dalam rutinitas kerja masa lalu yang melelahkan. Mulailah terapkan kerja pintar agar kamu semakin mudah untuk mendapatkan keseimbangan yang baik antara kerja dengan kehidupan pribadi.

Meski terdengar rumit, kerja pintar sebenarnya bukan sesuatu yang sulit untuk diterapkan lho. Kamu hanya perlu lebih fleksibel dan pandai membaca situasi.

Sebagai permulaan, berikut 10 tips dari laman Forbes yang bisa kamu coba. Disimak baik-baik ya.

Bagian pertama dari artikel

Belajarlah mendelegasikan
Ini terdengar mudah memang. Tetapi jika kamu adalah orang yang suka mengontrol, perfeksionis, atau manajer mikro, ini bisa jadi sulit lho.

Kunci dari tips pertama ini adalah memahami bahwa kemampuan mendelegasikan akan membuatmu lebih produktif. Sebuah studi menunjukkan bahwa CEO yang sering mendelegasikan tugas mengalami tingkat kelelahan yang lebih rendah, serta menghasilkan pendapatan 33% lebih banyak daripada yang tidak.

Baca juga: Beda Workaholic dengan Pekerja Keras, Kamu yang Mana?

Fokus pada tugas berdampak tinggi
Jangan memaksakan diri untuk mengerjakan seluruh tugas yang ada secara berbarengan. Fokuslah dulu pada tugas yang akan memiliki dampak jangka panjang terbesar.

Bekerjalah lebih cerdas dengan berkonsentrasi pada hal-hal yang paling penting untuk kinerja pekerjaan kamu, dan kesuksesan perusahaan.

Tahu kapan harus berhenti
Meskipun mungkin tampak berlawanan dengan intuisi, penting untuk mengetahui kapan kamu harus mematikan komputer di setiap harinya.

Kamu harus tahu tanda-tandanya, mulai dari ketika pikiran kamu mulai mengembara, atau kamu sedang membaca kalimat yang sama berulang-ulang, atau juga kamu sedang merasa buntu, hingga membutuhkan waktu setengah jam untuk sekadar menulis email sederhana.

Meskipun cukup menggoda untuk bekerja tengah malam, dan istirahat keesokan harinya, Percayalah kalau kamu akan mencapai lebih banyak hal jika kamu memilih istirahat dan mengerjakan sisanya besok pagi.

Aturlah ritme kerjamu
Ide di balik strategi ini adalah menangani tugas dalam beberapa bagian, untuk meningkatkan produktivitas.

Misalnya, alih-alih menjawab setiap email yang masuk (reaktif), jadwalkan waktu untuk memeriksa dan menanggapi email (proaktif).

Ide lainnya adalah mengatur rapat secara berurutan, atau bahkan menyediakan waktu khusus di kalender untuk kegiatan yang membutuhkan pemikiran dan konsentrasi seperti penelitian, penulisan, hingga curah pendapat.

Logika di balik ini adalah kamu memerlukan waktu untuk mendapatkan ritme. Ini akan membantumu bekerja lebih efektif dan berhenti membuang-buang waktu.

Manfaatkan fase produktivitasmu
Menurut Daniel Pink, penulis When: The Scientific Secrets of Perfect Timing, setiap orang mengalami tiga fase produktivitas sepanjang hari, yakni puncak, palung, dan rebound.

Selama jam-jam menjelang dan di puncak (biasanya sekitar tengah hari), kita biasanya sedang sangat fokus. Ini menjadikannya waktu yang tepat untuk tugas-tugas analitis.

Sebaliknya, ketika kita berada di titik terendah (palung), inilah saat yang tepat untuk fokus pada tugas-tugas kreatif.**(Feb)

Exit mobile version