Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Friday, April 26, 2024
redaksi@topcareer.id
Tren

Kemnaker Sebut Angkatan Kerja Ini Paling Berat Alami Dampak Pandemi

dampak pandemi lebih berat dialami oleh angkatan kerja lapisan menengah-bawah, khususnya angkatan kerja perempuan.Ilustrasi Pekerja pabrik. (dok. Pintetrest)

Topcareer.id – Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan, Anwar Sanusi mengatakan, dampak pandemi dirasakan secara tidak merata pada kasus Indonesia. Dampak lebih berat dialami oleh angkatan kerja lapisan menengah-bawah, khususnya angkatan kerja perempuan.

Dalam acara Side Event C20 Kick-Off Meeting, Anwar Sanusi mengingatkan untuk pulih dari pandemi, khususnya bagi kelompok rentan, tidak dapat dilakukan sendiri oleh suatu negara-bangsa, melainkan secara bersama-sama sebagai warga dunia.

“Saya berharap melalui forum ini kita mengambil intisari dari upaya-upaya Indonesia, yang mungkin saja dapat menjadi contoh bagi warga negara dunia rentan lainnya,” kata Anwar Sanusi dikutip dari siaran persnya pada Selasa (8/3/2022).

Sedangkan pada kelompok pekerja, kata dia, dampak pandemi lebih berat dirasakan oleh empat kelompok pekerja.

Mereka adalah pekerja yang beralih dari lapangan usaha industri ke lapangan usaha pertanian, pekerja yang beralih dari sektor formal ke informal dan pekerja di lapangan usaha akomodasi makan-minum, serta pekerja migran.

Baca juga: Kemnaker Sebut Angkatan Kerja Ini Paling Berat Alami Dampak Pandemi

Sementara itu, pada kategori pengangguran dampak pandemi dirasakan lebih berat oleh kelompok usia muda, berpendikan menengah, laki-laki, di perkotaan.

Selain itu, kerentanan kondisi pekerja saat masa pandemi ini kemungkinan besar juga sangat dirasakan oleh pekerja penyandang disabilitas dan pekerja anak.

Anwar Sanusi menambahkan, Side Event C20 Kick-Off Meeting juga sekaligus berfungsi sebagai anti-tesis dari gejala-gejala nasionalisme sempit dan reaktif yang muncul dalam upaya pemulihan ekonomi global saat ini.

Sebagai contoh, pada 2021 lalu terjadi fenomena vaccine nationalism. Yaitu, negara kaya mengutamakan stock vaksin secara berlebihan untuk negaranya sendiri dulu, sehingga distribusi vaksin dan pemulihan pandemi global menjadi tidak merata (World Economic Forum, 2021).

“Kita tentunya mengharapkan agar nasionalisme sempit seperti ini tidak menjalar kepada ranah kehidupan sosial-ekonomi lainnya. Apalagi semangat kita adalah semangat pembangunan inklusif, di mana kemanusiaan universal adalah pondasinya,” jelas dia.

Leave a Reply