TopCareerID

Ada Pelecehan Saat Kerja Remote? Ini yang Harus Dilakukan Kantor

menurut penelitian AllVoices, pelecehan di tempat kerja tetap jadi masalah utama, meski dengan sistem kerja remote.

Topcareer.id – Dua tahun terakhir, tempat kerja mau tidak mau melakukan perubahan drastis untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan selama pandemi. Sayangnya, menurut penelitian AllVoices, pelecehan di tempat kerja tetap jadi masalah utama, meski dengan sistem kerja remote.

Meskipun perubahan dalam dinamika tempat kerja dan penerapan kerja jarak jauh memiliki manfaatnya, menurut laporan “The State Of Workplace Harassment” AllVoices, 38% karyawan masih mengalami pelecehan dari jarak jauh, melalui email, konferensi video, aplikasi obrolan, atau melalui telepon.

Selain itu, 24% percaya bahwa pelecehan berlanjut atau memburuk melalui saluran kerja jarak jauh. Lantas respon apa yang bisa dilakukan manajer atau perusahaan ketika ada kasus pelecehan di tempat kerja remote?

Menurut laporan tersebut, masalah pelecehan yang belum terpecahkan dapat merugikan bisnis, karena 34% responden survei mengatakan bahwa mereka meninggalkan pekerjaan mereka karenanya.

Menurut SHRM, biaya untuk mengganti seorang karyawan dapat menghabiskan biaya lebih dari sembilan bulan dari gaji karyawan tersebut.

“Pelecehan dapat berdampak negatif pada pengalaman kerja sehari-hari seseorang, dari moral mereka hingga perasaan aman baik secara fisik maupun psikologis hingga hilangnya kepercayaan pada organisasi mereka jika masalah tersebut tidak terselesaikan,” kata Pendiri dan CEO AllVoices, Claire Schmidt dalam laman CNBC Make It.

Baca juga: Pertimbangkan Ini Saat Mengajukan Jam Kerja Fleksibel

Keamanan psikologis memainkan peran besar dalam kesejahteraan karyawan di tempat kerja, menurut AllVoices. Lebih dari setengah (52%) karyawan melaporkan tidak merasa aman secara psikologis.

Studi ini menunjukkan bahwa perusahaan perlu menerapkan platform pelaporan pelecehan anonim sehingga pekerja dapat melaporkan pelecehan di tempat kerja tanpa berurusan dengan dampak apa pun.

Menurut laporan tersebut, 85% pekerja lebih mungkin melaporkan pelecehan jika mereka memiliki saluran anonim. Selain itu, responden percaya bahwa mereka dan rekan kerja mereka akan lebih terdorong untuk melaporkan dengan alat atau platform pelaporan anonim.

“Perusahaan harus melakukan lebih dari sekadar pelatihan pelecehan tahunan wajib. Mereka juga harus lebih transparan tentang tindakan disipliner yang akan diambil terhadap pelaku jika terjadi pelecehan. Dan terakhir, mereka harus tanggap dan teliti dalam menyelidiki insiden yang terjadi,” kata Schmidt.

Schmidt juga menyoroti bagaimana hasil dari tempat kerja proaktif dan rekan-rekan mereka akan berbeda.

Exit mobile version