TopCareerID

Hong Kong Alami Lonjakan Kasus Covid, Begini Detailnya!

Topcareer.id – Otoritas kesehatan Hong Kong melaporkan 32.430 kasus COVID-19 baru akhir pekan lalu, Minggu (12/3), tepat ketika pemimpin negara kota itu mengatakan tengah berusaha membangun kapasitas untuk menangani krisis yang melanda panti jompo.

Meskipun Kepala Eksekutif Carrie Lam mengatakan upaya pemerintah membaik, dia mengatakan mereka belum menjangkau semua orang secara terpisah untuk melihat apakah ada yang masih membutuhkan bantuan.

“Dengan begitu banyak orang yang diisolasi atau dikarantina, pemerintah telah memperkuat kemampuan kami untuk mendukung mereka. Namun, kami masih mengejar,” katanya kepada wartawan.

Sekitar 300.000 orang diisolasi di rumah, katanya, ketika varian Omicron menyapu pusat keuangan Asia yang sangat padat.

Mengutip Reuters, kasus membanjiri sistem perawatan kesehatan di Hong Kong dan memicu panic buying di beberapa supermarket.

Otoritas kesehatan melaporkan 32.430 kasus positif baru di Hong Kong pada hari Minggu, dibandingkan 27.647 infeksi baru pada hari Sabtu dan 29.381 infeksi baru pada hari Jumat.

Pihak berwenang pada hari Minggu juga melaporkan 248 kematian baru.

Hong Kong telah mencatat hampir 700.000 infeksi COVID-19 dan sekitar 3.500 kematian sejak awal 2020.

Sebagian besar terjadi dalam dua minggu terakhir. Banyak kasus kematian terjadi di antara warga lanjut usia yang tidak divaksinasi.

Hong Kong mencatat kematian paling banyak per satu juta orang secara global dalam seminggu hingga 9 Maret, menurut publikasi data Our World in Data.

Mengutip Kantor Berita China, situasinya masih parah dan pemerintah meminta penduduk untuk mempersiapkan mental menghadapinya.

Baca juga: Derita Pekerja Migran di Hong Kong akibat Covid-19: Kehilangan Tempat Tinggal hingga Tak Bisa Makan

China belum siap hidup berdampingan dengan virus

Masih terlalu dini bagi China untuk mempertimbangkan pelonggaran pembatasan virus corona yang ketat, sementara Omicron masih mampu menyebabkan sejumlah besar kematian, kata Liang Wannian, kepala kelompok ahli pencegahan COVID-19.

Liang mengatakan dalam sebuah wawancara dengan CCTV pada hari Rabu (16/3) bahwa hidup “berdampingan” dengan virus itu masih bukan pilihan.

Dia mengatakan Omicron masih jauh lebih mematikan daripada influenza dan mampu membebani sumber daya medis negara itu.

“Kemungkinan satu orang mengalami gejala parah atau meninggal akan rendah, tetapi dikalikan dengan 1,4 miliar, itu akan menjadi angka yang sangat besar,” katanya.

Bagaimana nasib program nol dinamis?

Hong Kong, seperti China daratan, sedang mengejar strategi “nol dinamis.”

Yakni dengan upaya mengekang infeksi menggunakan langkah-langkah kontrol yang ketat, bahkan ketika sebagian besar kota besar lainnya belajar untuk hidup berdampingan dengan virus.

Sementara itu, di China sendiri, para analis asing menyarankan pendekatan ‘nol-COVID’ dapat merusak pertumbuhan ekonomi tahun ini.

Namun, dalam komentar yang diterbitkan di platform Weibo, Senin (14/3), Zeng Guang, mantan kepala ahli epidemiologi dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, mengatakan kebijakan ‘pembersihan dinamis’ tidak akan berlaku selamanya.

China akan mencari pembukaan yang fleksibel dan terkendali, meskipun risiko saat ini tetap besar.

“Tidak lama lagi, pada titik waktu yang tepat, jalan China untuk hidup berdampingan dengan virus akan muncul dengan sendirinya,” katanya.

Exit mobile version