TopCareerID

Lagi! Moderna Tarik Ribuan Dosis Vaksin, Kali Ini Kenapa?

Topcareer.id – Moderna Inc (MRNA.O) mengatakan pada hari Jumat (8/4/22) bahwa pihaknya menarik 764.900 dosis vaksin COVID-19 yang dibuat oleh produsen kontraknya Rovi (ROVI.MC) setelah sebuah botol ditemukan terkontaminasi oleh benda asing.

Tidak ada masalah keamanan yang teridentifikasi, Moderna mengatakan tentang banyak dosis yang terdistribusi di Norwegia, Polandia, Portugal, Spanyol dan Swedia pada bulan Januari 2022.

Pembuat obat itu mengatakan kontaminasi itu ditemukan hanya dalam satu botol, dan itu membuat pihaknya menarik semua dosis.

Moderna sangat berhati-hati. Namun, pembuat obat tersebut belum mengungkapkan apa yang ditemukan dalam botol.

Pihak berwenang Jepang tahun lalu juga menangguhkan penggunaan beberapa dosis vaksin Moderna.

Hal itu berlangsung setelah penyelidikan menemukan kontaminan stainless steel di beberapa botol.

Lebih dari 900 juta dosis vaksin Moderna COVID-19 telah diberikan di seluruh dunia hingga saat ini.

Moderna mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka tidak percaya kontaminasi menimbulkan risiko bagi botol lainnya.

Tahun lalu pihak berwenang Jepang telah menangguhkan penggunaan batch suntikan Moderna sebanyak 1,63 juta dosis.

Namun, saat itu Kementerian Kesehatan Jepang mengatakan bahwa mereka tidak percaya partikel stainless steel menimbulkan risiko kesehatan tambahan.

Pihak pembuat obat mengatakan, kontaminasi stainless steel mungkin terjadi selama produksi.

Baca juga: CEO Ini Jual Lebih Dari Rp5.7 Triliun Saham Perusahaan

Penyebab paling mungkin dari kontaminasi terkait dengan gesekan antara dua potong logam di mesin yang memasang sumbat pada botol.

Penyelidikan telah dilakukan dalam kemitraan dengan Takeda dan produsen Spanyol Rovi (ROVI.MC), yang mengoperasikan pabrik di mana kontaminasi terjadi.

“Stainless steel secara rutin digunakan pada katup jantung, penggantian sendi dan jahitan logam dan staples. Dengan demikian, tidak diharapkan bahwa injeksi partikel yang diidentifikasi dalam lot ini di Jepang akan mengakibatkan peningkatan risiko medis,” kata Takeda tahun lalu di Jepang.

Exit mobile version