Topcareer.id – Warga di seluruh Beijing bergabung dengan barisan orang yang menunggu untuk tes COVID-19 pada hari Selasa (26/4).
Peristiwa ini terjadi setelah ibu kota China itu memutuskan tindakan tes massal kepada 20 juta orang, dan memicu kekhawatiran tentang lockdown yang samakin ketat.
Akibat kekhawatiran itu, banyak orang di Beijing berbondong-bondong ke supermarket untuk membeli makanan dan persediaan.
Pihak berwenang pada Selasa (26/4) mulai menutup beberapa pusat kebugaran, teater, dan lokasi wisata, sehari setelah Beijing mulai menguji penduduk distrik terpadatnya, Chaoyang.
Pada akhir Senin, Beijing mengumumkan akan melakukan tes di 10 distrik lain dan satu zona pengembangan ekonomi pada hari Sabtu (30/4)
Beijing melaporkan 33 kasus baru yang ditularkan secara lokal pada 25 April.
Otoritas kesehatan kota mengatakan pada hari Selasa (26/4), 32 di antaranya bergejala dan satu tidak menunjukkan gejala.
Keputusan Beijing untuk menguji sebagian besar dari total populasinya sebanyak 22 juta muncul setelah mendeteksi sejumlah kecil infeksi tersebut.
Baca juga: Anak-Anak dan Remaja Boleh Mudik Tanpa Syarat Tes Covid
Tiga putaran tes PCR dilakukan dari Selasa (26/4) hingga Sabtu (30/4) di distrik-distrik termasuk Haidian.
Banyak warga yang khawatir, dengan seberapa cepat virus itu menyebar, meskipun yakin Beijing dapat menghindari lockdown seperti Shanghai.
“Beijing adalah ibu kota, pengendalian virus lebih kuat daripada di tempat lain, saya tidak berpikir itu akan seperti Shanghai, di mana tiba-tiba meningkat menjadi ribuan kasus,” kata Liu Wentao, salah seorang warga yang tengah ikut mengantre untuk tes Covid-19.
Sementara wabah COVID terbaru Beijing cukup sederhana menurut standar global, lockdown ibu kota China itu akan semakin mengaburkan prospek ekonomi negara.
Pasar Asia mengalami hari terburuk mereka dalam lebih dari sebulan di tengah kekhawatiran bahwa Beijing akan memasuki lockdown. Saham China merosot ke level terendah selama dua tahun terakhir.