Topcareer.id – Penting bagi setiap pekerja, mulai dari karyawan hingga pemimpin untuk memahami dan menghargai budaya kerja perusahaan demi memaksimalkan efektivitas dan kepuasan kerja mereka. Dan setiap organisasi atau kantor mendefinisikan budaya kerjanya masing-masing.
Semua organisasi memiliki tujuan, metode utama untuk membuat keputusan, sarana untuk mencapai status, dan metode untuk resolusi konflik. Biasanya semakin besar kelompok, maka akan semakin banyak pengecualian yang mungkin muncul.
Berikut ini 8 jenis budaya perusahaan yang berbeda, melansir laman US News.
1. Budaya Berbasis Hirarkis/Senioritas
Organisasi perusahaan tradisional akan sangat merayakan hierarki dan senioritas. Dalam jenis budaya ini, orang dapat memegang gelar seperti asisten direktur senior atau memiliki pin di kerah dan piala meja yang menggambarkan tahun-tahun masa jabatannya di organisasi.
Departemen pemerintah dan organisasi yang dipengaruhi serikat pekerja seperti sekolah umum sangat sering sesuai dengan deskripsi ini. Gaji dan tunjangan terkait dengan senioritas, dan batas pembayaran diberlakukan secara kaku. Kabar buruknya mereka yang menginginkan kemajuan berdasarkan prestasi mungkin merasa terhalang.
2. Budaya Mercenary
Di sisi ekstrem lain adalah perusahaan di mana prinsipnya “makan apa yang Anda bunuh” tidak memiliki kesabaran untuk senioritas. Mereka yang menjual paling banyak atau menghasilkan pendapatan paling banyak akan mendapat imbalan yang lebih baik.
Baca juga: Orang Ini Disebut Sebagai “Presiden Termiskin Di Dunia,” Siapa Dia?
Setiap orang dalam jenis budaya kerja ini sadar bahwa ada papan skor yang mencatat. Bank investasi dan firma hukum perusahaan banyak yang beroperasi dengan cara ini.
3. Budaya Egalitarian
Beberapa perusahaan rintisan dan organisasi nirlaba berhasil dengan budaya egalitarianisme. Setiap orang mulai dari CEO hingga pekerja garis depan merasa diberdayakan untuk berbicara dan menyarankan perubahan dan peningkatan. Individu merasa masukan mereka memiliki nilai yang sama dengan orang lain.
Tentu saja, terkadang perusahaan melihat diri mereka sebagai egaliter ketika praktik sebenarnya sama sekali tidak setara. Frustrasi lain dapat berupa pengambilan keputusan yang lambat ketika kesepakatan bersama tidak dicapai dengan cepat.
4. Budaya Klan
Di organisasi-organisasi ini, rasa misi, loyalitas, dan kolaborasi begitu jelas sehingga menciptakan rasa memiliki yang kuat. Perusahaan-perusahaan ini dapat menjadi unik dengan perilaku tertentu yang hanya dapat dipahami oleh orang dalam.
“Begitulah cara kami melakukan sesuatu di sini,” sering kali dapat menjadi pembenaran bagi perusahaan yang beroperasi dalam jenis budaya ini untuk menghambat perubahan atau inovasi.
Bagi mereka yang berada di dalam, kultur ini dapat menghibur dan menyambut. Bagi mereka yang berpikir secara berbeda atau mengadvokasi perubahan, mereka bisa merasa sangat terasing.