Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Friday, April 26, 2024
redaksi@topcareer.id
ProfesionalTren

Riset Ungkap Tantangan Terbesar Jurnalis Masa Kini: Bikin Berita Cepat

Tantangan jurnalis: membuat berita cepat.Pekerjaan jurnalis. (dok. The Guardian Nigeria)

Topcareer.id – Saat ini, media semakin dituntut untuk membuat berita yang lebih banyak, serta memproduksi konten menarik dan unik dalam siklus berita 24 jam guna meningkatkan interaksi audiens. Padahal akses jurnalisme bermutu dan pemberitaan kredibel makin dibutuhkan.

Cision, platform komunikasi komprehensif yang membantu praktisi hubungan masyarakat dan pemasaran di seluruh dunia untuk mempelajari, menyebarluaskan, dan memperkuat kisah-kisahnya, menerbitkan laporan tahunan State of the Media.

Laporan ini mengeksplorasi tantangan yang dihadapi lebih dari 3.800 jurnalis di 17 pasar global, khususnya di tengah industri yang berkembang pesat. Di sisi lain, laporan ini juga mengulas bagaimana praktisi hubungan masyarakat dapat mendukung pemberitaan terbaik dan tepercaya.

Menurut laporan ini, tantangan terbesar jurnalis adalah menjaga kredibilitas sebagai sumber tepercaya (32%) dan melawan tudingan “berita palsu” (fake news).

Tantangan terbesar kedua, jurnalis menghadapi dampak dari keterbatasan jumlah staf dan sumber daya terhadap beban kerjanya. Bahkan, tiga dari 10 jurnalis (29%) harus membuat 10 berita atau lebih setiap minggu.

“Kini, menyampaikan berita bukan hanya tugas jurnalis. Komunikator profesional dapat berkolaborasi dengan media agar pemberitaan disampaikan secara cepat, efektif, dan relevan,” kata Nicole Gulliot, COO Cision dan President PR Newswire.

Hal yang diinginkan jurnalis dari praktisi humas:

Dalam hal sumber berita yang paling bermanfaat bagi jurnalis untuk membuat atau mencari ide pemberitaan, lebih dari sepertiga jurnalis (37%) menjawab rilis berita.

Baca juga: Waduh! Layar Video Di Bandara Ini Putar Film Porno

Lebih dari tiga perempat jurnalis (76%) ingin mendapatkan rilis dari perusahaan dan praktisi humas. Dengan demikian, peran rilis berita bagi jurnalis mengungguli konten lain.

Tren dan data pasar berada di posisi kedua (63%), dan hampir setengah jurnalis (49%) ingin memperoleh undangan menghadiri acara.

“Rilis berita masih menjadi sumber berita tepercaya, dan metode pilihan dalam menyampaikan berita kepada media secara valid, cermat, dan mendesak,” jelas Gulliot.

Demi mempererat hubungannya dengan reporter, praktisi humas harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
Informasi akurat dan sumber yang jelas: Hampir dua pertiga jurnalis (60%) mengutamakan akurasi pemberitaan, mengingat maraknya kritik tentang kredibilitas dan tingkat kepercayaan audiens.

Tepat waktu: Jika jurnalis menganggap praktisi humas tidak menghargai waktu, sejumlah jurnalis (22%) tidak akan meluangkan waktunya bagi praktisi humas.

Berhenti mengirim spam: Sebagian besar jurnalis (74%) membenci “spam dalam bentuk pesan yang tidak relevan”. Maka, praktisi humas harus memastikan pendekatan mereka tepat sasaran. Bahkan, hanya 9% jurnalis yang menilai bahwa pendekatan praktisi humas relevan.

Memanfaatkan multimedia: foto, video, dan infografis: menurut 22% jurnalis, praktisi humas mempermudah pekerjaan mereka dengan menyediakan konten-konten tersebut dalam rilis berita.

Lebih dari setengah jurnalis (54%) berkata, mereka lebih berpeluang menulis berita jika konten yang ditawarkan praktisi humas dilengkapi multimedia.

“Hubungan antara praktisi industri komunikasi dan jurnalis sebenarnya berkaitan dengan meringankan beban kerja media. Langkah awalnya adalah mencari jurnalis yang tepat, menjalin hubungan berdasarkan aspek kepercayaan, dan memahami audiens yang ingin dijangkau,” kata Guillot.

Leave a Reply