TopCareerID

Agar Tak Ambyar, Ini Kemampuan yang Wajib Dimiliki Pelaku Startup

Topcareer.id – Maraknya perusahaan start-up yang melakukan perampingan, bahkan hingga gulung tikar, menyita perhatian banyak kalangan, terutama para karyawan dan para pelaku bisnis.

Menanggapi hal ini, Pakar Human Capital, Raphael Udik Yunianto membeberkan beberapa kelemahan dari aspek pengelolaan manajemen SDM di sejumlah perusahaan rintisan alias startup.

“Yang pertama adalah knowledge, yang kedua skill, yang ketiga adalah value, attitude, character, mentalitas, cara berpikir dan seterusnya. Nah, poin satu dan dua, saya tidak meragukan,” ujarnya.

“Yang ketiga kan problemnya ada di masalah SDM-nya. Apakah cukup? Misalnya cukup pengalamannya, jam terbangnya, cukup dalam mengelola sebuah organisasi besar, cukup dalam mengelola sebuah perusahaan besar. Itu kan nanti mencakup quality dari orangnya sendiri,” tambahnya.

“Karena ketika bicara soal manajemen, bicara mengenai organisasi, bicara mengenai pemberdayaan, bicara mengenai development, pengembangan, itu kan tidak sekadar masalah knowledge dan skill saja. Nah itu yang barangkali perlu dipertimbangkan.”

Baca juga: Marak Runtuhnya Bisnis Startup, Apa yang Terjadi?

Menurut pria yang akrab disapa Ruy ini, model-model manajemen yang sekarang cocok untuk diterapkan, adalah model manajemen pemberdayaan, model manajemen sharing, model manajemen complimentary.

“Tidak bisa kemudian gerbong yang besar itu kemudian hanya ditarik oleh satu atau dua orang yang punya knowledge dan skill saja. Karena itu tidak cukup. Para pelaku bisnis harus mempunyai kompetensi-kompetensi lain untuk membuat sebuah korporasi menjadi besar.”

Ruy menambahkan, poin ketiga tadi perlu dievaluasi oleh perusahaan-perusahaan startup. Ketiga poin di atas haruslah bisa saling melengkapi.

“Kepemimpinan itu menjadi sulit, karena berhubungan dengan teladan hidup sehari-hari. Artinya ketika kita dealings, berkomunikasi, dan berhubungan dengan manusia, kan tidak sekadar menyangkut knowledge dan skill saja, tapi juga butuh keahlian interrelationship, butuh skill of communication. Sehingga orang-orang yang ada di dalam organisasi, seperti anak buah, sesama kolega, dan seterusnya, itu well managed,” terangnya.

“Bagaimanapun, di dalam membangun sebuah organisasi, kita membutuhkan sebuah value, membutuhkan sebuah nilai, tidak sekedar transaksional.”

Bagi Ruy, poin ketiga justru harus ditempatkan pertama. Karena knowledge dan skill bisa dipelajari, sementara value, attitude, character, mentalitas, cara berpikir dan seterusnya, adalah pondasi utama dari sebuah perusahaan.

Exit mobile version