TopCareerID

Waspada! Wanita lebih Mungkin terkena ‘Long COVID’ daripada Pria

Foto Ilustrasi

Topcareer.id – Wanita jauh lebih mungkin menderita ‘Long COVID’ daripada pria, menurut para ilmuwan. Sebuah tinjauan baru dari penelitian yang ada menemukan bahwa perempuan 22 persen lebih mungkin mengalami sebagian besar komplikasi yang berasal dari virus corona.

Para peneliti mengatakan wanita lebih berisiko berakhir dengan masalah telinga, hidung, dan tenggorokan, bersama dengan suasana hati yang buruk, masalah kulit, masalah pencernaan, nyeri sendi, dan kelelahan.

Diabetes dan gangguan ginjal adalah efek samping yang lebih menonjol pada pria.

Para peneliti dari Kantor Kesehatan Wanita Johnson & Johnson mengatakan temuan mereka menyoroti perlunya fakta dan angka tentang penyakit di antara kedua jenis kelamin untuk dikumpulkan dan dianalisis secara terpisah.

Hanya dengan melakukan ini, ketidaksetaraan dalam cara pria dan wanita mengalami penyakit dapat diatasi.

Untuk penelitian ini, tim melihat penelitian yang menganalisis efek penyakit pada lebih dari 1,3 juta orang.

Mereka membatasi penelitian mereka pada studi yang dilakukan antara Desember 2019 hingga Agustus 2020 untuk COVID.

Selain itu penelitian untuk ‘Long Covid’ mulai Januari 2020 hingga Juni 2021.

Hanya 35 dari 640.634 artikel dalam literatur yang memiliki cukup detail untuk memahami bagaimana pria dan wanita mengalami penyakit secara berbeda.

Penelitian yang ada telah melihat secara ekstensif perbedaan jenis kelamin dalam rawat inap, masuk ICU, dukungan ventilasi, dan kematian.

Baca juga: Trik Jitu Atasi Dampak Fisik dan Mental Akibat Long Covid-19

Studi ini adalah yang pertama memecah kondisi kesehatan spesifik yang terjadi sebagai akibat penyakit terkait COVID berdasarkan jenis kelamin.

Studi ini diterbitkan dalam jurnal Current Medical Research and Opinion.

“Pengetahuan tentang perbedaan jenis kelamin mendasar yang mendasari manifestasi klinis, perkembangan penyakit, dan hasil kesehatan COVID-19 sangat penting untuk identifikasi dan desain rasional terapi yang efektif dan intervensi kesehatan masyarakat yang inklusif serta sensitif terhadap kebutuhan perawatan yang berbeda dari keduanya.” Para penulis menyimpulkan dalam makalah mereka.**(Feb)

Exit mobile version