Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Sunday, September 8, 2024
idtopcareer@gmail.com
Tren

PBB: Jumlah Orang Kelaparan Secara Global Naik 150 Juta Sejak Pandemi

Ilustrasi kelaparan. (United Way Worldwide)

Topcareer.id – Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terbaru, jumlah orang yang terkena dampak kelaparan secara global naik menjadi sebanyak 828 juta pada tahun 2021, meningkat sekitar 46 juta sejak 2020 dan 150 juta sejak pecahnya pandemi COVID-19.

Menurut PBB, laporan itu menjadi bukti baru bahwa dunia semakin menjauh dari tujuannya untuk mengakhiri kelaparan, kerawanan pangan, dan malnutrisi dalam segala bentuknya pada tahun 2030.

Laporan itu juga menyebut, sekitar 2,3 miliar orang di dunia (29,3 persen) mengalami kerawanan pangan sedang atau parah pada tahun 2021 – 350 juta lebih banyak dibandingkan sebelum pecahnya pandemi.

Hampir 924 juta orang menghadapi kerawanan pangan pada tingkat yang parah, meningkat 207 juta dalam dua tahun.

Laporan The State of Food Security and Nutrition in the World (SOFI) edisi 2022 menyajikan pembaruan tentang situasi keamanan pangan dan gizi di seluruh dunia, termasuk perkiraan terbaru tentang biaya dan keterjangkauan makanan sehat.

Laporan yang rilis pada Rabu (6/7/2022) itu juga melihat cara-cara di mana pemerintah dapat menggunakan kembali dukungan mereka saat ini untuk pertanian untuk mengurangi biaya diet sehat, mengingat terbatasnya sumber daya publik yang tersedia di banyak bagian dunia.

“Angka-angka itu adalah rapor mengejutkan dari upaya kami untuk mengakhiri kelaparan – dan kami dapat, dan harus, berbuat lebih baik,” kata Wakil Sekretaris Jenderal Amina Mohammed, dikutip dari laman resmi PBB.

Baca juga: Starlink Dapat Izin Penggunaan Dalam Pesawat, Penumpang Kini Bisa Internetan!

Dia mencatat bahwa itu termasuk miliaran orang yang membatasi asupan makanan mereka, atau mulai makan makanan yang kurang bergizi, karena mereka tidak mampu membeli alternatif.

“Ini adalah orang-orang yang hidup, mata pencaharian, dan prospek untuk kehidupan yang bermanfaat dan bermartabat sedang lumpuh, dengan masa depan mereka terkikis dan potensi serta aspirasi terhambat.” katanya, berbicara pada peluncuran SOFI di New York.

Saat laporan ini diterbitkan, perang yang sedang berlangsung di Ukraina, yang melibatkan dua produsen terbesar dunia untuk sereal, biji minyak dan pupuk, mengganggu rantai pasokan internasional dan mendorong harga biji-bijian, pupuk, energi, serta bahan siap pakai untuk makanan terapeutik bagi anak-anak dengan gizi buruk.

Ini terjadi karena rantai pasokan sudah terkena dampak buruk oleh peristiwa iklim ekstrem yang semakin sering terjadi, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah, dan berpotensi menimbulkan implikasi serius bagi ketahanan pangan dan nutrisi global.

Leave a Reply