TopCareerID

Pemilihan Waktu Makan bisa Pengaruhi Kesehatan Mental, Ini Alasannya

Ilustrasi. (dok. Kayla Itsines)

Topcareer.id – Pemilihan waktu makan, terutama malam hari, ternyata dapat memengaruhi kesehatan mental kita. Hal ini disebutkan dalam sebuah studi kecil yang dirilis baru-baru ini.

Dalam studi ini, para peneliti membuat simulasi jadwal kerja shift. Mereka kemudian menemukan peningkatan depresi dan kecemasan bagi mereka yang makan pada jam-jam yang tak lazim.

“Temuan kami memberikan bukti bahwa waktu asupan makanan bisa jadi strategi baru untuk meminimalkan kerentanan suasana hati pada individu yang mengalami misalignment sirkadian, seperti orang yang terlibat dalam kerja shift, mengalami jet lag, atau menderita gangguan ritme sirkadian,” kata rekan penulis, Frank Scheer.

“Studi di masa depan pada pekerja shift dan populasi klinis diperlukan untuk menetapkan dengan tegas apakah perubahan waktu makan dapat mencegah peningkatan kerentanan suasana hati mereka,” tambah direktur program kronobiologi medis di Divisi Gangguan Tidur dan Sirkadian, Brigham and Women’s Hospital, Boston itu.

Menurut penelitian tersebut, sekitar 20% tenaga kerja di masyarakat industri melakukan pekerjaan shift di tempat-tempat seperti pabrik dan rumah sakit.

Para pekerja ini sering mengalami ketidakselarasan antara “jam sirkadian” pusat mereka di otak dengan perilaku sehari-hari. Termasuk siklus tidur/bangun dan puasa/makan. Mereka juga memiliki risiko depresi dan kecemasan sekitar 25% hingga 40% lebih tinggi.

Baca juga: Semakin Tak Butuh Manusia, Minimarket di Jepang Kini Gunakan Robot untuk Menata Minuman

“Temuan kami membuka pintu untuk strategi perilaku tidur/sirkadian baru, yang mungkin juga bermanfaat bagi individu yang mengalami gangguan kesehatan mental,” kata rekan penulis, Dr Sarah Chellappa, yang bekerja di Brigham pada saat penelitian.

“Studi kami menambah semakin banyak bukti yang menemukan bahwa strategi yang mengoptimalkan tidur dan ritme sirkadian dapat membantu meningkatkan kesehatan mental.”

Studi lebih lanjut akan diperlukan untuk menentukan apakah perubahan waktu makan dapat membantu orang dengan gangguan depresi dan kecemasan, katanya.

Temuan itu dipublikasikan Senin di Proceedings of the National Academy of Sciences.

Exit mobile version