Topcareer.Id – Beberapa karyawan menginginkan seorang pemimpin yang mengenal mereka secara pribadi atau sering memeriksa mereka, sementara yang lain mungkin ingin dibiarkan sendiri dan akan menjangkau ketika mereka membutuhkan bantuan.
Karyawan yang memiliki harapan berbeda ini harus menjadi perhatian bagi para pemimpin.
Terlepas dari perbedaan preferensi individu, ada beberapa kebiasaan kepemimpinan tim yang biasanya membuat karyawan frustrasi dan mungkin pergi mencari pekerjaan baru.
Salah satu cara untuk belajar menjadi pemimpin yang terbaik adalah dengan berani melihat kebiasaan buruk.
Bagian pertama dari artikel
Enggan mendelegasikan tugas
Ketakutan akan kegagalan atau kurangnya kepercayaan, bisa menjadi beberapa akar penyebab kurangnya delegasi.
Seringkali pemimpin tim mengatakan kepada diri mereka sendiri bahwa akan lebih cepat jika mereka menyelesaikan tugas, daripada mendelegasikan.
Ketika pemimpin tidak mendelegasikan tugas yang harus diselesaikan oleh anggota tim, mereka meninggalkan tim dengan perasaan bahwa mereka tidak dipercaya atau diberdayakan.
Lebih buruk lagi, karyawan bisa menjadi frustrasi karena bakat mereka tidak diakui atau digunakan.
Mikro manajemen
Ketika seorang pemimpin mengelola mikro anggota timnya, mereka bisa jatuh ke dalam ketakutan yang sama untuk tidak mendelegasikan.
Ego mungkin juga berperan dalam manajemen mikro, karena ditemukan 48% pemimpin hanya ingin dirinya saja yang dilihat sebagai ahli.
Ada dampak negatif yang nyata dan signifikan ketika anggota tim dikelola secara mikro.
Satu studi menemukan bahwa 79% responden pernah mengalami manajemen mikro, dan ini sangat mengganggu kinerja serta semangat kerja mereka.
Baca juga: Pengin Kualitas Tidur Membaik? Konsumsi 5 Makanan Ini Sebelum Tidur
Kurang komunikasi
Bagaimana sebuah tim dapat menjadi sangat efektif tanpa seorang pemimpin yang memberikan visi tim yang jelas, mengomunikasikan arahan dengan jelas, dan sering memberikan update?
Dalam Communication Barriers in the Modern Workplace, sebuah laporan dari The Economist Intelligence Unit, ditemukan bahwa hambatan komunikasi meliputi kurangnya kejelasan, meeting yang tidak efektif, dan gaya komunikasi yang berbeda.
Semuanya memberikan tekanan negatif pada produktivitas dan keuntungan.
Dalam laporan tersebut, mereka menemukan bahwa “kerusakan komunikasi juga berkontribusi pada masalah seperti stres (52%) dan moral yang rendah (31%).”
Tidak ada pengakuan kepada karyawan
Semua orang ingin tahu apakah mereka melakukan pekerjaan dengan baik dan kontribusi mereka dihargai.
Namun, menurut sebuah penelitian, satu dari lima pemimpin mengatakan mereka kesulitan memberikan pujian untuk pekerjaan yang dilakukan dengan baik, dan 16% lainnya mengalami kesulitan untuk memuji orang lain dengan ide-ide bagus.