TopCareerID

Sri Warso Wahono, Pelukis Modern Indonesia, Karyanya Sudah Keliling Dunia

Doc pribadi topcareer.id

Doc pribadi topcareer.id

Topcareer.id – Sri Warso Wahono, beliau merupakan salah satu pelukis modern Indonesia. Lahir di Solo 17 Juni 1948 dan kini berusia 74 tahun.

Dalam buku Modern Indonesia Art, Sri Warso Wahono menempati urutan ke 151 dari 325 Pelukis Profesional Indonesia sejak era Raden Saleh hingga sekarang.

Karya-karya lukisannya memiliki beragam tema sejak tahun 1962 sampai sekarang, ia terkenal dengan gaya artistik yang didasarkan konsep-konsep estetika adiluhung. Sebuah teori estetika yang menitikberatkan pada pencapaian nilai harmoni dan keselarasan.

Jika ditelusuri lebih rinci lagi, aliran yang paling tepat untuknya adalah naturalisme.

Mulai melukis sejak tahun 1964
Sri Warso Wahono sudah suka melukis sejak duduk di bangku SMP pada tahun 1964. Beliau suka melukis karena melihat tetangganya yang suka melukis dan tergabung di Himpunan Budaya Surakarta (HTS).

Hal inilah yang mempengaruhi dirinya jadi suka melukis. Ketika masuk SMA, kegemaran melukisnya pun meningkat dan mulai banyak berinteraksi dengan tokoh-tokoh HTS dan akhirnya melanjutkan pendidikan di IKIP Seni Rupa, Solo.

Kidung Rampogan
Sejak tahun 1974 Sri Warso Wahono sudah mulai ikut serta dalam pameran Biennale seni lukis Indonesia yang diprakasai oleh Dewan Kesenian Jakarta.

Ia pernah membuat beberapa pameran tunggal, diantaranya yang cukup terkenal bertajuk “Kidung Rampogan” pada tahun 2018 di Balai Budaya Jakarta.

Tema “Kidung Rampogan” berisi tentang catatan serta perenungannya dari berbagai peristiwa dan fenomena yang terjadi disekitarnya.

Ada tentang korupsi, watak serakah, watak mulia, perilaku para tokoh, dan berbagai drama kehidupan dalam kehidupan masyarakat.

Istilah rampogan itu sendiri ia ambil dari salah satu adegan dalam pagelaran wayang kulit yang memperlihatkan pasukan bersenjata lengkap tengah bersiap siaga dan waspada.

Sri Warso Wahono sendiri sebagai seniman memaknai rampogan sebagai peristiwa atau fenomena munculnya ketidakseimbangan. Karena itu, ia memandang perlu adanya penyeimbang.

“Rampogan mempunyai makna filosofis ,historis dan secara fenomenologis mewakili zaman,” kata Sri Warso Wahono.

Baca juga: Lukisan Cat Minyak Picasso Laku Lebih dari Rp 1,4 Triliun

Melukis sebagai pilihan hidup
Setelah bergabung dengan rekan-rekan senior pelukis di Jakarta, Sri Warso Wahono mengaku semakin termotivasi untuk berkarya di bidang seni lukis.

Motivasi dari para seniornya ini telah membuat dirinya menilai bahwa memutuskan untuk menjadi pelukis itu bukanlah pilihan yang jelek.

Kini beliau dikenal sebagai pelukis yang menggarap tema-tema yang erat kaitannya dengan problematik kehidupan yang komplek.

Tema dari karya-karyanya antara lain ‘Wanita Dalam Kamar’, ‘Ikan Dalam Batu’, ‘Rampogan’, ‘Pemandangan’, ‘Bebek Liar’, dan ‘Abstrak.’

Prestasi lukis dalam pameran nasional dan internasional
Sri Warso Wahono sudah banyak menggelar pameran tunggal, beliau juga pernah mengikui pameran bersama seluruh Indonesia. Tak hanya itu, pada tahun 1989 diundang di Biennale Sao Paolo – Brazil yang prestisius.

“Saya sudah banyak mendatangi pameran, pameran seluruh pun Indonesia pun saya diajak. Kemudian saya juga pernah diundang ke Biennale di Sao Paolo Brasil, itu memberi respon yang sangat bagus bagi saya sebagai seorang seniman.” Kata Sri Warso Wahono pada Topcareer.Id.

Biennale adalah acara pameran yang diadakan setiap dua tahun. Istilah ini paling sering digunakan dalam dunia seni untuk mendeskripsikan pameran seni kontemporer internasional skala besar.

Lukisanya sudah banyak dipamerkan di banyak tempat, baik di Indonesia maupun di Negara lain seperti Belgia, Prancis, Mexico, Inggris, Belanda, Amerika Serikat, Mesir, Polandia dan Negara ASEAN.**(Feb)

Exit mobile version