Topcareer.id – Ada satu persamaan Hollywood dan Warkop yang mungkin jarang banyak orang sadari. Ya, keduanya biasa menjadikan momen hari besar atau libur nasional untuk merilis karya. Hollywood biasa menjadikan momen Natal untuk merilis film barunya.
Sementara Warkop tidak hanya memanfaatkan momen libur Natal dan Tahun Baru, tetapi juga rutin merilis karya layar lebar untuk menghibur masyarakat Indonesia saat Idulfitri.
Tak mengherankan, sepanjang perjalanannya, Warkop tercatat begitu produktif di industri sinema Tanah Air. Sudah lebih dari 30 judul film komedi mereka hasilkan dalam rentang 15 tahun (1979-1994).
Dalam rangka perayaan Hari Film Nasional 2023, Institut Humor Indonesia Kini (IHIK3), Humoria.id, Persatuan Seniman Komedi Indonesia (PaSKI), serta Sinematek Indonesia merasa penting untuk menjaga budaya dan kualitas humor, utamanya humor kritis, dalam karya sinema seperti yang sudah lama dilakukan oleh Warkop. Dengan alasan itulah, program Refleksi Film Legenda Komedi diadakan.
“Warkop jelas punya kontribusi besar kepada dunia komedi dan sinema Tanah Air dari segi kuantitas. Hari ini, kita coba merefleksikan bersama salah satu karyanya sebagai penghormatan akan lahirnya karya sinema komedi yang bukan cuma menghibur, tapi juga mampu mengkritisi,” kata Yasser Fikry, Chief Creative Officer (CCO) IHIK3 dalam siaran pers yang diterima Topcareer.id, Jumat (31/3/2023).
Sejak menembus Radio Prambors tahun 1974, Warkop makin dikenal luas sebagai grup lawak dengan humor verbal yang getol menyentil situasi sosial saat itu.
Walau ciri khas tersebut seringkali menjadi ‘sandungan’ di beberapa penampilan panggung mereka, hal itu tidak menyurutkan militansi kepedulian Warkop terhadap kondisi bangsanya.
Baca juga: Divisi Metaverse Disney Bubar, Lagi-Lagi PHK Massal
Dalam penampilan mereka di awal masuk ke industri film, seolah kritik sosial menjadi materi wajib yang selalu diselipkan dalam dialog yang dibangun.
Acara Refleksi Film Legenda Komedi sendiri terdiri dari tiga babak. Pertama, dimulai tepat pukul 13.30 WIB, audiens yang hadir akan dipersilakan menonton film Warkop yang monumental, rilisan tahun 1980, Ge-Er (Gede Rasa). Film ini sengaja dipilih oleh tim karena menunjukkan kemampuan Warkop dalam meramu humor dengan kritik sosial.
Setelah itu, acara dilanjutkan dengan diskusi bersama Indro Warkop (komedian, aktor, & Dewan Pembina PaSKI) yang dipandu oleh Yasser Fikry.
Program ini ditutup dengan Legends Awards, penghargaan kepada legenda perfilman Indonesia yang diterima oleh ahli waris penerus profesi.
Legenda sinema Indonesia yang tahun ini dipilih oleh Sinematek Indonesia adalah Asrul Sani (sutradara dan sastrawan Angkatan ‘45); Misbach Yusa Biran (sutradara, penulis skenario, serta pelopor dokumentasi film Indonesia); dan Wim Umboh (sutradara kawakan sarat prestasi).
Sementara itu, IHIK3 sendiri adalah lembaga kajian humor yang berbasis pengalaman dan riset. Sejak 2016, IHIK3 sudah memperjuangkan bahwa humor adalah hal yang serius serta lebih dari sekadar hiburan, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan resiliensi, kreativitas, hingga critical thinking.