Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Thursday, November 21, 2024
idtopcareer@gmail.com
Tren

Ahli UGM: Cuaca Musim Kemarau Picu Tingginya Polusi Udara

Foto Ilustrasi polusi udara, pelaku industri disebut tertib lakukan pengendalian emisi.Foto Ilustrasi polusi udara, pelaku industri disebut tertib lakukan pengendalian emisi.

Topcareer.id – Belakangan pencemaran atau polusi udara seperti tak terkendali, semakin parah terutama untuk wilayah Jabodetabek. Keadaan itu ternyata diperparah juga oleh musim kemarau dengan intensitas hujan yang rendah.

Ternyata memang udara di musim kemarau dengan curah hujan dan kecepatan angin yang rendah, sedikit banyak memengaruhi tingkat polusi udara, menurut Pengamat Iklim dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada, Emilya Nurjani.

“Secara teori memang benar, karena jika ada hujan maka gas hasil pembakaran akan larut dengan air dan diturunkan ke permukaan sehingga udara kembali bersih. Dengan kondisi sekarang di mana sudah lama tidak hujan dan kelembaban juga cukup rendah, keberadaan gas tadi jadi banyak,” kata Emilya dikutip dari laman resmi UGM, Jumat (11/8/2023).

Namun, ia menekankan bahwa cuaca dan iklim bukan menjadi satu-satunya penyebab tingginya angka pencemaran udara. Faktor pemicu dari aktivitas manusia mulai dari sarana transportasi, industri, hingga permasalahan sampah ikut berkontribusi pada persoalan ini.

“Kecenderungannya di musim penghujan kualitas udara lebih bagus dibanding musim kemarau, tapi pada saat pandemi kita melihat bahwa kualitas udara juga cukup baik bahkan saat musim kemarau. Jadi itu bukan satu-satunya variabel, meskipun musim penghujan tetap jika sumber pencemaran cukup tinggi maka kualitas udara bisa buruk juga,” jelas Emilya.

Lebih lanjut ia menuturkan, masyarakat dapat memantau kualitas udara melalui Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) yang diperbarui setidaknya satu kali dalam sehari.

Baca juga: Gelombang Panas Ekstrem Ternyata Pengaruhi Kesehatan Mental

ISPU digunakan untuk menggambarkan kondisi mutu udara ambien di lokasi tertentu dan didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika, dan makhluk hidup lainnya.

Perhitungan ISPU dilakukan pada 7 parameter yakni PM10, PM2.5, NO2, SO2, CO, O3, dan HC. PM2.5 yang merupakan penambahan baru, menurut Emilya, penting untuk dipantau karena berbahaya bagi kesehatan.

“Baru ditambahkan karena ternyata disinyalir akan berpengaruh pada kesehatan manusia. PM2,5 bisa masuk ke dalam saluran hidung, kalau sudah sampai paru-paru akan susah untuk keluar,” terangnya.

Perubahan pada gaya hidup menurutnya tetap menjadi solusi yang baik untuk mengatasi masalah pencemaran udara. Menggunakan transportasi umum dan menghindari pengolahan sampah dengan cara membakar menjadi langkah penting yang perlu diambil di kalangan masyarakat.

“Menanam pohon juga menjadi salah satu cara yang baik. Selain berfungsi sebagai peneduh, pohon yang ditanam di tepi jalanan sebisa mungkin dapat mengikat gas-gas berbahaya yang mengancam kesehatan,” tandas dia.

Leave a Reply