Topcareer.id – Kamu mungkin pernah bekerja dengan orang yang insecure, bisa jadi mereka rekan kerja yang suka bergosip atau meremehkan pencapaianmu. Jika kamu bekerja dengan orang yang insecure seperti ini kemungkinan mereka akan sulit diajak kerja sama.
Menurut Prfesor Harvard Business School, Ranjay Gulati, orang yang merasa insecure adalah salah satu tipe kepribadian yang paling sulit diajak bekerja sama, bahkan ketika orang-orang ini berkumpul di satu organisasi bisa menciptakan budaya kerja yang beracun.
“Mungkin sulit bekerja dengan seseorang yang menganalisis semua keputusannya secara berlebihan atau merasa terancam oleh kesuksesanmu,” kata Gulati dikutip dari laman CNBC Make It.
Ia lantas berbagi sejumlah red flag orang-orang insecure dan bagaimana mengatasinya.
Red flag yang harus diwaspadai
Berikut tiga tanda paling umum dari seseorang yang “sangat insecure” di tempat kerja, menurut Gulati:
1. Melakukan benchmarking dan bersaing dengan orang lain
2. Mencari persetujuan dan pujian terus-menerus dari kolega atau atasan mereka
3. Terlibat dalam viktimisasi diri sendiri
Gulati menambahkan bahwa semua perilaku itu merupakan bentuk validasi eksternal, yang dibutuhkan oleh orang yang merasa tidak aman untuk meredakan keraguan mereka terhadap kemampuan mereka.
Misalnya, orang yang merasa insecure mungkin terlalu bersaing dengan rekan kerja untuk mendapatkan tugas penting, atau untuk mendapatkan pujian dari atasan, sehingga mereka tidak lagi percaya bahwa (mereka) adalah karyawan terburuk dalam tim.
Baca juga: Ahli Peringatkan, Kalau Bisa Jauh-Jauh Deh Sama 3 Jenis Rekan Kerja Toxic Ini
“Orang-orang yang merasa insecure dan memiliki mentalitas korban ‘sangat berbahaya’ untuk diajak bekerja sama, karena mereka tidak memiliki akuntabilitas pribadi dan sering menyalahkan orang lain atas kemalangan mereka,” ujarnya.
Menangani orang yang insecure di tempat kerja
Gulati menjelaskan, untuk berurusan dengan rekan kerja yang merasa insecure dan tidak percaya diri akan membutuhkan kesabaran, empati, dan batasan yang jelas mengenai kapan dan bagaimana kamu berinteraksi dengan mereka.
Menyimpan pikiran negatif tentang orang tersebut tidak akan membantu hubunganmu, jadi kamu perlu mencari keseimbangan antara bersikap suportif dan menunjukkan cinta yang kuat.
Untuk melakukan hal tersebut, pertahankan sikap positif dan tenang saat berinteraksi dengan mereka, namun arahkan kembali percakapan dengan lembut jika mereka mulai berubah menjadi pembicaraan negatif atau gosip.
“Misalnya, kamu bisa berkata, ‘Saya menyesal Anda merasa seperti itu, saya yakin hasilnya akan lebih baik dari yang Anda harapkan,’” saran Gulati.
Jika mereka mencoba membujukmu untuk bergosip tentang rekan kerja lain, jaga jarak profesionalmu. “Kamu bisa berkata, ‘Saya belum pernah punya pengalaman seperti itu (topik gosip di sini), jadi saya tidak bisa memberikan banyak informasi’ dan mengganti topik pembicaraan,’” kata Gulati.