Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Sunday, May 19, 2024
redaksi@topcareer.id
Tren

BMKG: Cuaca Panas di Indonesia Bukan Akibat Gelombang Panas

BMKG jelaskan cuaca panas di Indonesia bukan akibat heatwave atau gelombang panas. (Pexels)BMKG jelaskan cuaca panas di Indonesia bukan akibat heatwave atau gelombang panas. (Pexels)

Topcareer.id – Beberapa waktu terakhir, wilayah-wilayah di kawasan Asia Tenggara sudah mengalami cuaca panas bahkan hingga heatwave. Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan, Indonesia hanya mengalami cuaca panas saja, bukan gelombang panas seperti kawasan lain.

Seperti yang dijelaskan oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, berdasarkan karakteristik dan indikator statistik pengamatan suhu yang dilakukan BMKG, fenomena cuaca panas tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai gelombang panas.

“Memang betul, saat ini gelombang panas sedang melanda berbagai negara Asia, seperti Thailand dengan suhu maksimum mencapai 52°C. Kamboja, dengan suhu udara mencapai level tertinggi dalam 170 tahun terakhir, yaitu 43°C pada minggu ini,” kata Dwikorita melalui siaran pers, Senin (6/5/2024).

“Namun, khusus di Indonesia yang terjadi bukanlah gelombang panas, melainkan suhu panas seperti pada umumnya,” tambah Kepala BMKG.

Lebih lanjut Dwikorita menyampaikan bahwa kondisi maritim di sekitar Indonesia dengan laut yang hangat dan topografi pegunungan mengakibatkan naiknya gerakan udara.

Sehingga, lanjut dia, dimungkinkan terjadinya penyanggaan atau buffer kenaikan temperatur secara ekstrem dengan terjadi banyak hujan yang mendinginkan permukaan secara periodik. Hal inilah yang menyebabkan tidak terjadinya gelombang panas di wilayah Kepulauan Indonesia.

Baca juga: Asia Jadi Wilayah Yang Paling Terdampak Cuaca Ekstrem

Menurut Dwikorita, suhu panas yang terjadi adalah akibat dari pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan berkurangnya curah hujan.

Sama halnya dengan kondisi “gerah” yang dirasakan masyarakat Indonesia akhir-akhir ini, tambah dia, hal tersebut juga merupakan sesuatu yang umum terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau, sebagai kombinasi dampak pemanasan permukaan dan kelembaban yang masih relatif tinggi pada periode peralihan ini.

“Periode peralihan ini umumnya dicirikan dengan kondisi pagi hari yang cerah, siang hari yang terik dengan pertumbuhan awan yang pesat diiringi peningkatan suhu udara, kemudian terjadi hujan pada siang menjelang sore hari atau sore menjelang malam hari,” jelas Kepala BMKG.

Sedangkan pada malam hari, kondisi gerah serupa juga dapat terasa jika langit masih tertutup awan dengan suhu udara serta kelembaban udara yang relatif tinggi. Selanjutnya, udara berangsur-angsur dirasakan mendingin kembali jika hujan sudah mulai turun.

Leave a Reply