TopCareer.id – Puskesmas punya potensi menjadi layanan untuk memberikan layanan psikologis bagi mereka yang kecanduan judi online.
Menurut Dosen Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Bagus Riyono, penjudi harus dapat perhatian dan pertolongan dari berbagai pihak. Bukan berupa bantuan sosial, tapi pengalihan pada ketergantungan.
Bagus mengatakan, pemerintah perlu memberikan kemudahan layanan psikologis bagi para korban judi online, terutama masyarakat rentan yaitu yang tidak pintar dan butuh uang.
“Puskesmas juga perlu upgrading skill untuk mengatasi orang yang kecanduan judi. Ketika Psikolog sudah siap bisa dibuka layanan itu,” kata Bagus dalam Sekolah Wartawan di UGM pada Kamis (27/6/2024).
“Di sisi lain pemerintah bisa masuk untuk mengalihkan perhatian warga miskin yang terjebak. Diberikan modal bukan bantuan sosial tapi dengan bimbingan yang terarah dari pemerintah,” imbuhnya, seperti dikutip dari situs resmi UGM.
Baca Juga: BKKBN: Judi Online Bisa Sebabkan Perceraian
Bagus mengatakan, fenomena judi di masyarakat bukanlah masalah baru karena aktivitas ini sudah ada sejak lama. Hanya, cara bermainnya mengalami perubahan ke digital.
Dijelaskan, judi merupakan permainan yang membuat ketagihan banyak orang. “Dari Skinners Theory of Reinforcement, dikatakan ada penguat untuk melakukan yakni berupa insentif yang menimbulkan ekspektasi. Proses memanipulasi ekspektasi ini yang dimanfaatkan para bandar pada penjudi,” kata Bagus.
Manipulasi Bandar Judi
Orang berjudi, kata Bagus, dipastikan memiliki ambisi untuk menang. Hal ini yang kemudian dimanipulasi bandar. Yang sering terjadi adalah harapan besar berbanding terbalik dengan kenyataan.
“Karakteristik judi mengasyikkan. Muncul harapan, ekspektasi sampai lupa yang kita pertaruhkan uang dari mana. Orang kalau deg-degan ada hormon dopamin yang membuat asyik,” kata Bagus.
“Kalau orang mudah dapat modal berjudi, kalahpun merasa asyik. Banyak yang berharap besar, ekspektasi besar, tapi tak terwujud. Akhirnya memunculkan kasus sampai bunuh diri yang terjadi beberapa waktu belakangan,” ia menambahkan.
Bagus juga menyinggung teori Gambler Fallacy yang membuat perhitungan tidak valid atau sesuai kenyataan. Hal ini justru diyakini oleh para penjudi dan membuat mereka ketagihan.
“Bagaimana akhirnya yang miskin, ingin berjudi untuk menang. Ada penelitian probabilitas judi, 1 banding 2 juta. Ini kan sangat sulit, ya kalau bandar tidak curang,” kata Bagus. “Ini yang membuat penjudi terjebak, sekali lagi sampai berakhir buruk sampai bunuh diri,” pungkasnya.